DeepSeek Guncang Pasar AI Global: Miliarder Teknologi Kehilangan USD108 miliar dalam Sehari

LANGIT7.ID-Jakarta; Keberhasilan DeepSeek, pengembang kecerdasan buatan (AI) asal China, dalam menciptakan model AI berkualitas tinggi dengan biaya rendah telah mengguncang pasar teknologi global. Pada Senin (27/1), aksi jual besar-besaran di sektor teknologi menyebabkan kekayaan miliarder dunia anjlok hingga US$108 miliar (sekitar Rp1.608 triliun). Kerugian terbesar dialami oleh para miliarder yang terkait dengan industri AI, termasuk pendiri Nvidia Corp, Jensen Huang, yang kehilangan US$20,1 miliar (Rp299 triliun) atau 20% dari total kekayaannya.

DeepSeek, yang berbasis di Hangzhou, menjadi sorotan setelah aplikasi chatbot gratis mereka, DeepSeek R1, memuncaki tangga unduhan global di Apple Store. Lonjakan pengguna baru bahkan menyebabkan gangguan sistem, memaksa perusahaan membatasi pendaftaran hanya untuk pengguna dengan nomor telepon China. Yang mengejutkan, DeepSeek berhasil mengembangkan model AI-nya hanya dengan mengeluarkan dana sebesar US$5,6 miliar (Rp83 triliun), jauh lebih rendah dibandingkan investasi miliaran dolar yang dilakukan oleh raksasa teknologi seperti Meta, Alphabet, dan Microsoft.

Keberhasilan DeepSeek ini tidak hanya mengejutkan pasar, tetapi juga mempertanyakan narasi dominasi Silicon Valley dalam pengembangan AI. Selama ini, perusahaan-perusahaan teknologi AS mengandalkan investasi besar-besaran untuk membangun sistem AI berbasis semikonduktor canggih. Misalnya, CEO Meta Mark Zuckerberg mengumumkan rencana pengeluaran US$60 miliar - US$65 miliar untuk proyek AI tahun ini. Namun, keberhasilan DeepSeek menunjukkan bahwa investasi besar tidak selalu menjadi kunci kesuksesan dalam pengembangan AI.

Dampak dari keberhasilan DeepSeek ini terasa langsung di pasar saham global. Indeks Nasdaq Composite merosot 3,1%, sementara S&P 500 turun 1,5%. Selain Huang, miliarder teknologi lain seperti Larry Ellison dari Oracle Corp. juga mengalami kerugian signifikan, dengan kekayaannya menyusut US$22,6 miliar (Rp336 triliun). Michael Dell kehilangan US$13 miliar (Rp193 triliun), sementara Changpeng Zhao dari Binance kehilangan US$12,1 miliar (Rp180 triliun).

Keberhasilan DeepSeek juga mempertanyakan efektivitas kontrol ekspor AS terhadap semikonduktor canggih ke China. Meskipun China menghadapi keterbatasan akses ke chip kelas atas akibat kontrol ekspor AS, DeepSeek diperkirakan memiliki sekitar 50.000 unit GPU Nvidia H100, yang merupakan komponen kunci dalam pengembangan AI. Hal ini menunjukkan bahwa China mungkin telah menemukan cara untuk mengakali pembatasan tersebut, sehingga memungkinkan pengembang seperti DeepSeek untuk bersaing secara global tanpa bergantung sepenuhnya pada teknologi Barat.

Dengan keberhasilan DeepSeek, lanskap persaingan global di sektor AI mungkin akan mengalami perubahan signifikan. Jika perusahaan China lainnya mengikuti jejak DeepSeek, dominasi Silicon Valley dalam pengembangan AI mungkin akan semakin terancam. Ini juga dapat memicu perlombaan baru dalam inovasi teknologi, di mana efisiensi biaya dan kreativitas dalam pengembangan AI menjadi faktor kunci, alih-alih sekadar mengandalkan investasi besar-besaran.