Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Selasa, 22 April 2025
home edukasi & pesantren detail berita

Makna Instrumental Salat: Pengalaman akan Kehadiran Tuhan

miftah yusufpati Sabtu, 08 Februari 2025 - 17:07 WIB
Makna Instrumental Salat: Pengalaman akan Kehadiran Tuhan
Jika salat itu tidak menghasilkan budi pekerti luhur maka ia sebagai instrumen akan sia-sia belaka. Ilustrasi: AI
LANGIT7.ID- Cendekiawan muslim, Prof Dr Nurcholish Madjid (1939-2005) atau populer dipanggil Cak Nur, mengatakan salat disebut bermakna intrinsik (makna dalam dirinya sendiri), karena ia merupakan tujuan pada dirinya sendiri, khususnya salat sebagai peristiwa menghadap Allah dan berkomunikasi dengan Dia, baik melalui bacaan, maupun melalui tingkah laku (khususnya ruku' dan sujud).

"Dan salat disebut bermakna instrumental, karena ia dapat dipandang sebagai sarana untuk mencapai sesuatu di luar dirinya sendiri," tulis Cak Nur dalam buku "Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah"

Menurutnya, adanya makna instrumental salat itu sangat logis, justru sebagai konsekuensi makna intrinsiknya juga. Yaitu, jika seseorang dengan penuh kesungguhan dan keinsyafan menghayati kehadiran Tuhan dalam hidup kesehariannya, maka tentu dapat diharap bahwa keinsyafan itu akan mempunyai dampak pada tingkah laku dan pekertinya, yang tidak lain daripada dampak kebaikan.

Meskipun pengalaman akan kehadiran Tuhan itu merupakan kebahagiaan tersendiri yang tak terlukiskan dalam kata-kata, namun tidak kurang pentingnya ialah perwujudan keluarnya dalam tindakan sehari-hari berupa perilaku berbudi pekerti luhur, sejiwa dalam perkenan atau rida Tuhan.

Baca juga: Makna Intrinsik Bacaan Surat Al-Fatihah dalam Salat

Inilah makna instrumental salat, yang jika salat itu tidak menghasilkan budi pekerti luhur maka ia sebagai "instrumen" akan sia-sia belaka.

Berkenaan dengan ini, salah satu firman Allah yang banyak dikutip ialah, "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepada engkau (hai Muhammad), yaitu Kitab Suci, dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari yang kotor dan keji, dan sungguh ingat kepada Allah adalah sangat agung (pahalanya). Allah mengetahui apa yang kamu sekalian
kerjakan." [QS. al-Ankabut/29:45]

Menurut Cak Nur, dengan jelas firman itu menunjukkan bahwa salah satu yang dituju oleh adanya kewajiban salat ialah bahwa pelakunya menjadi tercegah dari kemungkinan berbuat jahat dan keji.

"Maka pencegahan diri dan perlindungannya dari kejahatan dan kekejian itu merupakan hasil pendidikan melalui salat," katanya.

Terkutuk dalam Pandangan Allah

Oleh karena itu jika salat seseorang tidak mencapai hal yang demikian maka ia merupakan suatu kegagalan dan kesia-siaan yang justru terkutuk dalam pandangan Allah.

Inilah pengertian yang kita dapatkan dari firman Allah, "Sudahkah engkau lihat orang yang mendustakan agama? Yaitu dia yang menghardik anak yatim, dan tidak dengan tegas menganjurkan pemberian makan kepada orang miskin! Maka celakalah untuk mereka yang salat, yang lupa akan salat mereka sendiri. Yaitu mereka yang suka pamrih, lagi enggan memberi pertolongan." [QS. al-Ma'un/107:1]

Baca juga: Makna Intrinsik Takbiratul Ihram dan Doa Iftitah dalam Salat
Jadi, ditegaskan bahwa salat seharusnya menghasilkan rasa kemanusiaan dan kesetiakawanan sosial, yang dalam firman itu dicontohkan dalam sikap penuh santun kepada anak yatim dan kesungguhan dalam memperjuangkan nasib orang miskin.

Menurut Cak Nur, adalah hasil dan tujuan salat sebagai sarana pendidikan budi luhur dan perikemanusiaan itu yang dilambangkan dalam ucapan salam sebagai penutupnya.

Ucapan salam tidak lain adalah doa untuk keselamatan, kesejahteraan dan kesentosaan orang banyak, baik yang ada di depan kita maupun yang tidak, dan diucapkan sebagai pernyataan kemanusiaan dan solidaritas sosial.

Dengan begitu maka salat dimulai dengan pernyataan hubungan dengan Allah (takbir) dan diakhiri dengan pernyataan hubungan dengan sesama manusia (taslim, ucapan salam).

Dan jika salat tidak menghasilkan ini, maka ia menjadi sia-sia, tanpa guna, bahkan menjadi alasan adanya kutukan Allah, karena dapat bersifat palsu dan menipu. Dari situ kita dapat memahami kerasnya peringatan dalam firman itu.

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Selasa 22 April 2025
Imsak
04:27
Shubuh
04:37
Dhuhur
11:55
Ashar
15:14
Maghrib
17:52
Isya
19:02
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan