LANGIT7.ID - Naiknya harga BBM bersubsidi di Indonesia mengakibatkan panjangnya antrian pengisian Pertalite di SPBU Pertamina.
Untuk menghindari panjangnya antrian tersebut, tak jarang para pengendara motor yang lebih memilih untuk mengisi Pertamax karena antriannya lebih sedikit, padahal biasanya motor tersebut diisi Pertalite.
Pertalite sendiri menjadi satu-satunya BBM yang dijual oleh Pertamina dengan nilai oktan rendah yaitu 90 yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan mesin bensin dengan kompresi rendah.
Nah, kebanyakan motor-motor di Indonesia ini juga masih memiliki mesin dengan kompresi rendah, contohnya Honda BeAT, Honda Scoopy, Yamaha Fazzio, dan masih banyak lagi.
Selama motor tersebut masih memiliki mesin dengan kapasitas di bawah 150cc, biasanya motor masih menggunakan mesin dengan kompresi rendah.
Nah, jika motor yang memiliki kompresi rendah dan sudah biasa mengkonsumsi Pertalite ini tiba-tiba diganti dengan Pertamax ternyata bisa menimbulkan efek negatif.
Karena, mesin yang kompresinya rendah sudah pasti tidak mampu untuk membakar dengan sempurna bahan bakar yang nilai oktannya tinggi.Efeknya, bahan bakar tersebut masih memiliki sisa karena tidak terbakar sempurna.
Pembakaran didalam mesin yang tidak sempurna ini nantinya akan membuat performa motor menurun dan konsumsi bahan bakar menjadi lebihboros dari biasanya.
Selain itu, sisa bahan bakar yang tidak terbakar juga akan menimbulkan kerak di dalam ruang bakar.
Lebih parahnya lagi, sisa bahan bakar tersebut juga bisa masuk kedalam ruang oli melalui celah piston dan dinding silinder.
Jika bahan bakar sampai masuk ke ruang oli, akibatnya oli menjadi lebih encer dan cepat rusak, sehingga tidak lagi mampu melumasi komponen mesin dan menahan gesekan antar komponen secara maksimal.
Saat ingin mengganti konsumsi Pertalite menjadi Pertamax,motor perlu disesuaikan dengan cara meningkatkan kompresi atau memajukan timing pembakaran agar Pertamax bisa terbakar sempurna.(*)
(hbd)