Kolom Hikmah Petunjuk-Nya: Tuhan Pun Sampai Menegur Agar Hamba Nya Berfikir Survive di Dunia
tim langit 7Ahad, 30 Maret 2025 - 13:27 WIB
LANGIT7.ID-Dalam ikhtiar pencarian rizki, terdapat tanggung jawab yang berat bagi hamba-Nya. Karena pekerjaan ikhtiar itu berat, maka pencarian rizki masuk dalam kategori ibadah yang memiliki nilai tinggi di hadapan Tuhan. Bukan sekadar aktivitas mencari materi, tetapi juga bentuk ketaatan dan pengabdian.
Dalam konteks pencarian rizki ini, Tuhan sangat jelas dalam firman-firman-Nya agar manusia bisa hidup survive dan kehidupan di dunianya benar-benar survive. Petunjuk yang diberikan bukan untuk membatasi, melainkan untuk memastikan bahwa manusia dapat menjalankan kehidupannya dengan baik dan seimbang.
PT Djarum kembali menyampaikan pesan kebaikan untuk memaknai bulan Ramadan dan menyambut Hari Raya Idulfitri tahun ini, dengan mengangkat tema "Hikmah Petunjuk-Nya". Tema tersebut mengingatkan kita sebagai manusia yang seringkali berdoa dan memohon petunjuk-Nya, namun terkadang belum membuka hati untuk menerima pentunjuk-Nya tersebut. Padahal mungkin jawaban dan petunjuk-Nya sudah ada di depan kita.
Sampai-sampai Tuhan mengingatkan pentingnya survive di dunia itu ketika hamba-Nya sibuk hanya memburu kehidupan akhirat, langsung diberikan teguran agar tidak melupakan urusan kehidupan dunia. Silakan memburu kehidupan akhirat, tapi hamba-Nya tidak boleh melupakan kehidupan di dunianya. Teguran ini menunjukkan bahwa keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat adalah kunci kesuksesan hakiki.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surah Al-Qasas ayat 77: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi." Ayat ini menegaskan pentingnya keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat.
Artinya, hamba-Nya di dunia oleh Tuhan didorong untuk bisa menjadi hamba-Nya yang juga survive. Bukan sekadar bertahan hidup, tetapi juga mampu memberikan manfaat dan kontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya.
Dengan menjadi hamba-Nya yang survive, status kehambaan-Nya akan semakin tinggi. Mengapa? Dengan memiliki status kehambaan yang tinggi, seseorang makin bisa memerankan tugas kemanusiaan secara luas, terutama dalam tugas yang bersifat horizontal untuk sosial kemanusiaan. Termasuk juga tugas-tugas vertikalnya juga akan makin mudah karena aksesnya makin terbuka lebar.
Jadi, mengapa Tuhan dalam firman-Nya menegur hamba-Nya agar tidak melupakan urusan keduniaan? Karena Tuhan ingin hamba-Nya survive, memiliki kekuatan ekonomi yang seimbang dan kuat agar level kemanusiaannya dan kehambaan-Nya makin tinggi. Ini bukan berarti Tuhan mendorong manusia untuk menjadi materialistis, melainkan untuk menjadi individu yang utuh, yang mampu menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan baik, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, maupun terhadap Tuhan.
Di bulan Ramadan ini, mari kita renungkan kembali bagaimana upaya kita dalam menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat. Apakah kita sudah memberikan porsi yang tepat untuk masing-masing aspek? Ataukah kita masih cenderung berat sebelah, baik terlalu fokus pada dunia sehingga melupakan akhirat, atau sebaliknya?
Dengan membuka hati untuk menerima petunjuk-Nya, kita akan menemukan formula yang tepat dalam mengharmonisasikan kehidupan dunia dan akhirat. Karena pada hakikatnya, keseimbangan itulah yang membawa pada kebahagiaan dan kesuksesan yang hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.(*)
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”