LANGIT7.ID–Jakarta; Mediator dari Qatar menyatakan bahwa mereka masih terus mengupayakan tercapainya gencatan senjata di Gaza, meskipun Israel telah menyetujui perluasan operasi militernya dan Hamas menyatakan tidak lagi tertarik untuk melanjutkan negosiasi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, mengatakan bahwa pihaknya masih terus berkomunikasi dengan semua pihak yang terlibat, meski situasi yang dihadapi saat ini sangat sulit.
“Upaya kami tetap berjalan, meskipun situasinya sangat rumit dan kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza terus memburuk,” kata al-Ansari saat memberi keterangan kepada media.
“Ada komunikasi yang terus berlangsung antara Qatar dan pihak-pihak terkait,” tambahnya.
Pada hari Senin sebelumnya, pemerintah Israel mengumumkan bahwa kabinet keamanannya telah menyetujui rencana militer untuk memperluas operasi di Gaza. Seorang pejabat menyebut rencana itu mencakup “pendudukan Jalur Gaza dan penguasaan wilayahnya.”
Sementara itu, pejabat senior Hamas, Basem Naim, mengatakan kepada AFP bahwa kelompoknya sudah tidak tertarik lagi untuk melakukan pembicaraan gencatan senjata. Ia juga menyerukan kepada komunitas internasional untuk menghentikan apa yang disebutnya sebagai “perang kelaparan” Israel terhadap Gaza.
Seorang pejabat keamanan Israel menyebut bahwa mereka akan memberikan “jendela waktu” untuk kemungkinan kesepakatan penyanderaan selama kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Timur Tengah pekan depan.
“Penempatan pasukan sebelum manuver militer dimulai akan memberikan kesempatan sampai kunjungan presiden AS berakhir untuk melaksanakan kesepakatan penyanderaan,” ujar pejabat tersebut.
Sejak 2 Maret lalu, Gaza berada di bawah blokade total oleh Israel dan kini menghadapi krisis kemanusiaan yang sangat parah.
Militer Israel sendiri kembali melancarkan serangan ke Gaza pada 18 Maret, mengakhiri masa gencatan senjata selama dua bulan.
Al-Ansari menambahkan bahwa pembicaraan saat ini lebih difokuskan pada upaya mengalirkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, serta menyoroti pentingnya menghentikan praktik “menjadikan bantuan sebagai senjata,” yang menurutnya telah dilakukan Israel sejak awal perang.
“Bantuan kemanusiaan tidak seharusnya dijadikan alat tawar-menawar atau digunakan sebagai senjata,” tegasnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berbagai lembaga kemanusiaan juga telah berulang kali memperingatkan soal krisis kemanusiaan di Gaza, dengan ancaman kelaparan yang terus membayangi akibat blokade Israel.
(lam)