LANGIT7.ID–Jakarta; Parlemen Norwegia memutuskan untuk tidak memboikot semua perusahaan yang beroperasi di wilayah pendudukan Palestina seperti Gaza dan Tepi Barat. Meski mendapat tekanan dari publik dan kampanye internasional, Norwegia memilih pendekatan yang lebih selektif dalam kebijakan investasinya.
Dana kekayaan negara Norwegia yang nilainya mencapai Rp29.000 triliun tetap akan berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang memiliki aktivitas di wilayah pendudukan Israel, selama aktivitas mereka tidak terbukti secara langsung melanggar hukum internasional. Artinya, jika suatu perusahaan hanya menjual produk biasa yang kebetulan digunakan oleh warga pemukim Israel, itu tidak dianggap cukup untuk dijatuhi sanksi investasi.
Namun, jika ada perusahaan yang secara spesifik memproduksi barang untuk mendukung pendudukan Israel—seperti teknologi pengawasan untuk pemukim—maka dana tersebut bisa menarik investasinya. Inilah yang membuat Norwegia memilih untuk tidak melakukan boikot menyeluruh, melainkan mengevaluasi satu per satu berdasarkan jenis keterlibatan perusahaan.
Langkah ini berbeda dengan pendekatan Norwegia saat invasi Rusia ke Ukraina tahun 2022. Saat itu, pemerintah langsung memerintahkan penarikan semua investasi dari Rusia hanya dalam waktu tiga hari. Namun, dalam kasus Israel, Norwegia memilih sikap yang lebih hati-hati.
Sampai akhir 2024, dana kekayaan Norwegia masih menanamkan investasi lebih dari $2 miliar di 65 perusahaan Israel. Sebagian di antaranya adalah perusahaan pertahanan besar seperti Rheinmetall (Jerman) dan Leonardo (Italia), yang dikenal menjual senjata ke Israel.
Keputusan ini akan difinalisasi dalam rapat parlemen pada 4 Juni mendatang. Banyak pihak menilai langkah Norwegia ini menunjukkan posisi netral yang cenderung hati-hati, meski di saat bersamaan tetap mengalirkan dana besar ke perusahaan-perusahaan yang beroperasi di wilayah pendudukan.
(lam)