Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Ahad, 15 Juni 2025
home edukasi & pesantren detail berita

Wamendikdasmen: Waspada Brain Rot Pada Anak Usia Dini, Akibat Penggunaan Gawai Berlebihan

lusi mahgriefie Senin, 09 Juni 2025 - 15:52 WIB
Wamendikdasmen: Waspada Brain Rot Pada Anak Usia Dini, Akibat Penggunaan Gawai Berlebihan
Wamendikdasmen Fajar Riza Ul Haq dalam acara kegiatan Peningkatan Kapasitas Fasilitator PAUD HI Tahap 2. Foto: kemendikdasmen.go.id
LANGIT7.ID-, Jakarta - - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq, menyoroti dampak penggunaan gawai pada anak usia dini. Menurutnya, peran fasilitator PAUD Holistik Integratif (PAUD HI) menjadi garda terdepan melindungi anak di era digital ini.

Brain rot secara umum merupakan istilah informal yang menggambarkan kondisi penurunan fungsi kognitif dan mental akibat konsumsi berlebihan terhadap konten yang tidak berkualitas atau tidak menantang, terutama di dunia digital. Istilah ini sering dikaitkan dengan kebiasaan menghabiskan waktu lama di media sosial, menonton video receh, atau membaca berita dangkal.

Wamendikdasmen dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Fasilitator PAUD HI Tahap 2 mengatakan bahwa pentingnya peran fasilitator PAUD HI sebagai garda terdepan dalam mendampingi layanan pengasuhan, pendidikan, kesehatan, gizi, dan perlindungan bagi anak usia dini.

Baca juga: Angka Rabun Jauh pada Anak Meningkat, Penggunaan Gawai Jadi Salah Satu Penyebab

Ia menjabarkan dampak penggunaan gawai yang berlebihan pada anak usia dini yakni sebanyak 33,4% anak usia 0–6 tahun telah terbiasa menggunakan gawai. Bahkan 25% di antaranya berada di rentang usia 0–4 tahun. Sementara itu, pada kelompok usia 5–6 tahun, angkanya meningkat hingga 52%.

"Kita sedang menghadapi tantangan besar, yakni tsunami digital yang menyerang anak-anak kita sejak usia dini. Pola asuh dan interaksi anak dengan orang tua maupun guru telah banyak dipengaruhi oleh media sosial dan penggunaan gawai. Ini berisiko menimbulkan gejala brain rot, yaitu menurunnya stimulasi intelektual, emosional, dan sosial akibat paparan digital yang berlebihan," jelas Wamen Fajar, melansir dari laman Kemendikdasmen.

Fajar menegaskan bahwa pendidikan anak usia dini seharusnya lebih menekankan pada metode belajar konvensional yang mengedepankan interaksi fisik, seperti membaca buku cetak dan bermain secara langsung, guna merangsang kecerdasan anak.

Ia juga mengajak para fasilitator untuk menjadi agen perubahan yang mampu mengedukasi masyarakat akan pentingnya pengasuhan yang seimbang, serta mendorong implementasi PAUD HI yang berkualitas di daerah.

"Dengan pendampingan aktif dan konsisten, serta kolaborasi lintas sektor, kita berharap dapat mencetak generasi emas Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkarakter," imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Nia Nurhasanah, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Direktorat PAUD dalam memperkuat pendampingan fasilitator kepada satuan PAUD.

"Kami berharap setelah pelatihan ini, peserta dapat segera menyusun dan mengimplementasikan di daerah masing-masing, yang akan kami monitoring secara berkala," ujar Nia.

Kegiatan ini diikuti oleh 134 peserta dari eksternal, yang mencakup perwakilan dari 9 provinsi dan 25 kabupaten/kota. Masing-masing kabupaten/kota diwakili oleh kepada bidang atau kepala seksi PAUD. Seluruh peserta hadir penuh selama tiga hari kegiatan, menunjukkan komitmen tinggi dalam meningkatkan kapasitas fasilitator PAUD HI di daerah.

(lsi)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Ahad 15 Juni 2025
Imsak
04:29
Shubuh
04:39
Dhuhur
11:57
Ashar
15:18
Maghrib
17:49
Isya
19:04
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan