LANGIT7.ID-Jakarta; Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima kedatangan rombongan delegasi dari Thailand di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, Kamis (28/8/2025). Kunjungan ini dipimpin langsung oleh duta besar keliling Kerajaan Thailand dan diterima oleh Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla.
Pertemuan berlangsung dalam suasana akrab dengan fokus pembicaraan seputar kerja sama pendidikan, pembangunan sosial, serta peluang kontribusi dalam mendorong perdamaian dunia. Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Safira Machrusah, menjelaskan bahwa rombongan terdiri dari delapan orang yang mewakili lembaga pemerintah di lima provinsi dinamis Thailand, termasuk Pattani yang dikenal sebagai kawasan mayoritas Muslim.
"Tujuan datang ke sini adalah membuka peluang kerja sama, terutama dalam bidang pendidikan, beasiswa, maupun pembangunan sosial di wilayah Thailand Selatan," kata Safira dalam keterangan resmi.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Ulil mengingatkan kembali tradisi panjang relasi PBNU dengan komunitas Muslim di Thailand Selatan. Pada 2016, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) bersama Baznas sempat menyalurkan program beasiswa bagi mahasiswa dari sejumlah negara dengan minoritas Muslim, termasuk Afghanistan dan Thailand Selatan.
Keterlibatan NU dalam proses dialog juga telah berlangsung sejak 2006, ketika KH Hasyim Muzadi diundang langsung oleh Raja Thailand untuk berperan dalam upaya perdamaian di wilayah selatan negara tersebut. "Harapannya, semangat kerja sama ini bisa kembali dilanjutkan, apalagi NU bersama Muhammadiyah dipandang sebagai dua organisasi terbesar di Indonesia yang bisa memberikan kontribusi nyata," terangnya.
Delegasi Thailand pun menaruh minat terhadap gagasan Humanitarian Islam yang digagas oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. Konsep ini sebelumnya diperkenalkan ke dunia melalui forum Religion of Twenty (R20) pada 2022.
"Mereka ingin mempelajari lebih jauh konsep Humanitarian Islam. Kami tadi menyerahkan buku rangkuman hasil R20 tahun 2022. Harapannya, jika relevan, konsep ini bisa diangkat dalam seminar internasional di Thailand," jelas Safira.
PBNU menilai bahwa Humanitarian Islam berpotensi menjadi jalan alternatif dalam menyelesaikan konflik global. "Kalau berhasil, NU bersama mitra internasional bisa memberikan kontribusi nyata dalam menyelesaikan konflik global melalui pendekatan kemanusiaan," katanya.
Meski pertemuan kali ini masih sebatas penjajakan awal tanpa penandatanganan nota kesepahaman (MoU), kedua pihak sudah sepakat menyiapkan tindak lanjut. "Hasil rapat tadi adalah rencana tindak lanjut berupa seminar bersama. Dari situ nanti akan dicari format kerja sama yang lebih jelas," pungkasnya.
Dalam forum ini, Gus Ulil turut didampingi oleh Wasekjend PBNU Ginanjar Syaban dan Safira Machrusah. (
NUOnline)
(lam)