LANGIT7.ID-Jakarta; Strategic Planning and Risk Management Group Head MAIPARK Indonesia, Dr. Ruben Damanik, menyoroti rendahnya literasi asuransi masyarakat Indonesia di tengah tingginya ancaman gempa bumi. Kondisi ini membuat aset properti maupun usaha masih sangat rentan terhadap kerugian besar setiap kali bencana melanda.
Ruben menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara yang berada tepat di jalur Ring of Fire atau cincin api dunia. Bahkan, ia menyebut Indonesia sebagai “mahkota” dari cincin api karena berada di pertemuan empat lempeng besar dunia, yakni Indo-Australia, Eurasia, Filipina, dan Pasifik. Posisi ini menjadikan gempa bumi sebagai kejadian yang tidak bisa dihindari.
“Gempa bumi adalah sebuah kejadian yang pasti. Namun, yang menjadi diskusi hanyalah soal waktunya kapan terjadi. Tidak ada wilayah di Indonesia yang benar-benar bebas dari gempa bumi,” ujar Ruben dalam acara Allianz Indonesia Media Workshop 2025 – Jaga Aset, Jaga Bisnis: Asuransi Properti di Tengah Risiko melalui Zoom, Kamis (2/10/2025).
Ruben juga menyinggung sejumlah kejadian gempa besar yang sempat mengejutkan para peneliti. Salah satunya adalah gempa Cianjur 2022 yang muncul tanpa terdeteksi sebelumnya, karena wilayah tersebut tidak masuk dalam peta patahan aktif. Fenomena ini membuktikan bahwa kejadian gempa masih menyimpan banyak misteri dan sulit diprediksi secara akurat.
Selain aspek ilmiah, Ruben menyoroti persoalan minimnya proteksi aset masyarakat melalui asuransi. Menurutnya, data kerugian akibat gempa masih jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai perlindungan yang diasuransikan.
“Kita bisa lihat pada kasus gempa Aceh, protection ratio hanya sebesar 1,6 persen. Artinya hanya sekitar satu persen dari kerugian ekonomi yang diasuransikan. Inilah yang menunjukkan rendahnya penetrasi perlindungan asuransi akibat gempa,” tegasnya.
Lebih jauh, Ruben mengungkapkan bahwa dari sisi rumah tinggal, kesadaran masyarakat untuk memiliki asuransi bahkan lebih rendah lagi. Data 2023 menunjukkan hanya 0,1 persen rumah tinggal di Indonesia yang diasuransikan. Padahal, sejak 2004 hingga 2024 terdapat ratusan ribu rumah rusak akibat gempa besar, sementara jumlah yang diasuransikan hanya sebagian kecil saja.
Ia menilai rendahnya literasi dan penetrasi asuransi di Indonesia merupakan tantangan serius. Menurut Ruben, masyarakat harus melihat asuransi bukan sekadar biaya tambahan, tetapi sebagai bagian penting dari strategi mitigasi risiko bencana agar kerugian tidak selalu ditanggung sendiri.
(lam)