Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Kamis, 23 Oktober 2025
home global news detail berita

Kemenangan Takaichi Dianggap Bukan Kemenangan Bagi Perempuan Jepang Secara Umum

lusi mahgriefie Rabu, 22 Oktober 2025 - 16:37 WIB
Kemenangan Takaichi Dianggap Bukan Kemenangan Bagi Perempuan Jepang Secara Umum
Foto: ist
LANGIT7.ID-, Jepang - Sanae Takaichi (64) telah resmi terpilih sebagai Perdana Menteri Jepang pada hari Selasa (21/10). Ini menjadikan Takaichi perempuan pertama di era modern, yang memimpin sekutu utama Amerika Serikat tersebut. Namun kritikan pedas dilontarkan pada Takaichi, sehari setelah Ia terpilih.

Perolehan suara Takaichi, mengalahkan pesaing terdekatnya, Yoshihiko Noda yang merupakan pemimpin Partai Demokrat Konstitusional oposisi liberal. Ia juga terpilih oleh anggota parlemen majelis tinggi dalam pemungutan suara kedua dengan perolehan suara 125-46, setelah gagal meraih mayoritas satu suara di putaran pertama.

Meskipun pemilihannya merupakan tonggak sejarah di negara di mana perempuan sangat kurang terwakili dalam pemerintahan, Takaichi menjabat dengan koalisi yang rapuh dan menghadapi sejumlah tantangan mendesak, termasuk kunjungan Presiden Donald Trump, minggu depan.

Takaichi telah menunjuk dua perempuan lain ke dalam kabinetnya, sama seperti pemerintahan sebelumnya. Mereka termasuk Satsuki Katayama, menteri keuangan perempuan pertama Jepang.

"Saya sangat mementingkan kesetaraan kesempatan, kesempatan yang sama. Dan juga partisipasi dari semua lapisan masyarakat. Saya membentuk Kabinet saya dengan gagasan ini, menyatukan kekuatan gabungan dari semua generasi," katanya dalam konferesi pers, mengutip nbcnews.com, Rabu (21/10/2025).

Baca juga: Drummer Band Metal dan Pembawa Acara TV, Sanae Takaichi Yang Jadi Perdana Menteri Jepang

Meski Takaichi digandang-gadang sebagai bentuk perwakilan dari perempuan, namun para kritikus mengatakan, kemenangan Takaichi belum tentu merupakan kemenangan bagi perempuan secara umum. Terutama setelah ia mengamankannya dengan membentuk aliansi dengan partai yang berbasis di Osaka yang akan menyeret koalisinya lebih jauh ke kanan.

"Orang ingin mengatakan ini adalah momen bersejarah di Jepang, namun sangat sulit untuk membuktikannya, mengingat rekam jejaknya yang kurang baik dalam memberdayakan perempuan," ujar Jeff Kingston, seorang profesor studi Asia dan sejarah di kampus Jepang Universitas Temple, kepada NBC News.

Takaichi menentang pernikahan sesama jenis dan mendukung agar suksesi hanya diberikan kepada laki-laki dalam keluarga kekaisaran Jepang yang semakin menyusut. Ia juga menentang perubahan aturan yang memudahkan perempuan yang sudah menikah untuk mempertahankan nama gadis mereka di Jepang, di mana pasangan yang sudah menikah diwajibkan memiliki nama keluarga yang sama.

Kemajuan menuju kesetaraan gender berjalan lambat di Jepang, di mana perempuan jauh lebih sedikit jumlahnya di tingkat tertinggi bisnis dan pemerintahan, serta memikul tanggung jawab yang tidak proporsional untuk mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga.

Baca juga: Terpilih Jadi Perdana Menteri Perempuan Pertama di Jepang, Siapa Sanae Takaichi?

Jepang, ekonomi terbesar keempat di dunia, berada di peringkat ke-118 dari 148 negara dalam Laporan Kesenjangan Gender Global 2025 dari Forum Ekonomi Dunia. Laporan tersebut mencatat bahwa perempuan hanya mengisi kurang dari 16% anggota parlemen Jepang di majelis rendah parlemen dan 10% menteri pemerintahan.

Setelah Takaichi terpilih sebagai pemimpin LDP awal bulan ini, penulis feminis Jepang Chizuko Ueno mengatakan bahwa prospek Jepang mendapatkan perdana menteri perempuan pertamanya "tidak membuat saya senang."

Takaichi "melihat dirinya sebagai Thatcher versi Jepang," ujar Ueno (77), dalam sebuah unggahan di X. "Para feminis Inggris, yang mewarisi Thatcher, tidak memiliki ilusi tentang perempuan dalam posisi kepemimpinan."

Ia mencatat penolakan Takaichi terhadap izin penggunaan nama keluarga terpisah untuk pasangan yang sudah menikah, meskipun ia sendiri tetap mempertahankan nama gadisnya. Takaichi mengubah nama resminya pada tahun 2004 ketika ia pertama kali menikah dengan Taku Yamamoto, lalau ia tetap menggunakan nama gadisnya secara profesional hingga mereka bercerai pada tahun 2017, sesuai dengan undang-undang yang ia usulkan.

Ketika mereka menikah lagi pada tahun 2021, Yamamoto, mantan anggota parlemen LDP, mengubah nama keluarga resminya menjadi Takaichi.

Takaichi pun telah memberi dukungan yang lebih besar bagi kesehatan perempuan. Ia telah berbicara tentang perjuangan pribadinya melawan gejala menopause dan pentingnya meningkatkan kesadaran agar para pria dapat memahami dengan tepat ketika perempuan sedang berjuang, baik di sekolah maupun di tempat kerja.

Namun, kampanye yang dijalankan Takaichi terutama berfokus pada ekonomi dan pertahanan nasional. Ia adalah politisi veteran yang pernah menjabat sebagai menteri keamanan ekonomi, urusan dalam negeri, dan kesetaraan gender. Sebagai anak didik mantan Perdana Menteri Shinzo Abe yang dibunuh, ia menganjurkan kebijakan imigrasi yang lebih ketat, revisi konstitusi pasifis Jepang, dan peningkatan anggaran pertahanan.

Bursa saham Nikkei Jepang ditutup pada level tertinggi sepanjang masa untuk hari kedua berturut-turut pada hari Selasa, di tengah harapan bahwa kebijakan Takaichi dapat membantu mendorong perekonomian.

Awal bulan ini, Takaichi terpilih sebagai pemimpin LDP, yang telah memerintah Jepang hampir tanpa gangguan sejak Perang Dunia II, setelah gagal mencalonkan diri pada tahun 2021 dan 2024. Dalam pidato kemenangannya, ia menggarisbawahi komitmennya terhadap jabatan tersebut.

"Saya sendiri akan menyingkirkan istilah 'work-life balance'. "Saya akan bekerja, bekerja, bekerja, bekerja, dan bekerja," tegasnya. (*/lsi/nbcnews)

(lsi)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Kamis 23 Oktober 2025
Imsak
04:02
Shubuh
04:12
Dhuhur
11:41
Ashar
14:51
Maghrib
17:49
Isya
18:59
Lihat Selengkapnya
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan