LANGIT7.ID–Jakarta; Zurich Indonesia menegaskan bahwa lini asuransi kesehatan menjadi salah satu pendorong utama kinerja perusahaan di 2025, setelah mencatatkan lonjakan pertumbuhan 56% year-on-year. Country Manager Zurich Indonesia, Edhi Tjahja Negara, menyebutkan bahwa kebutuhan proteksi kesehatan akan terus meningkat seiring perubahan pola konsumsi dan tingginya biaya layanan kesehatan di Indonesia.
Edhi menjelaskan bahwa peluang pertumbuhan sektor ini masih sangat besar, namun industri harus memperkuat kemampuan manajemen risiko dan proses internal. Ia menegaskan, “Asuransi kesehatan kami percaya akan tumbuh signifikan karena memang potensinya sangat besar. Kuncinya adalah bagaimana sebagai industri kita bisa meningkatkan kapabilitas dan kapasitas kita ya dalam intinya dalam risk improvement ya untuk dan bagaimana kita bisa mempunyai proses yang lebih baik,” ujar dia di acara Konferensi Pers Zurich Indonesia, Rabu (26/11/2025).
Zurich Indonesia juga sedang menyesuaikan diri dengan regulasi baru yang tengah disiapkan OJK terkait produk kesehatan. Salah satu poin penting adalah kewajiban perusahaan asuransi memiliki Medical Advisory Board (MAB). Edhi memastikan Zurich sudah bersiap. “Saat ini Zurich Indonesia sedang mempersiapkan untuk medical advisory board, tentu melibatkan beberapa partner yang udah ada dengan kami,” ujarnya.
Baca juga: Ekonomi Q4 Melesat, Zurich Syariah Bidik Pertumbuhan Bisnis Minimal 17% di 2026Pandangan Zurich mengenai prospek kesehatan ini sejalan dengan kerangka makro yang dipaparkan Prof. Dr. Telisa Aulia Falianty, Ekonom dan Guru Besar FEB UI. Telisa menekankan bahwa sektor kesehatan nasional saat ini mengalami kenaikan biaya yang lebih cepat dibanding sektor lainnya. Salah satu poin penting yang ia sampaikan adalah soal tekanan inflasi medis. “Inflasi medis ini lebih tinggi di atas inflasi pangan karena medis ini tambah mahal biaya-biayanya,” ujarnya.
Ia juga menyoroti bahwa jasa kesehatan tumbuh 6,83%, menunjukkan permintaan masyarakat yang semakin besar pascapandemi. Menurutnya, kondisi ini secara alami membuka ruang lebih luas bagi industri asuransi, terutama ketika BPJS Kesehatan mulai menerapkan standar klaim yang lebih ketat. Telisa menekankan pentingnya digitalisasi medical record dan integrasi data untuk mengurangi moral hazard serta memperbaiki tata kelola pembiayaan kesehatan di Indonesia.
Dengan kombinasi lonjakan permintaan, pertumbuhan sektor kesehatan nasional, dan penguatan regulasi, peluang untuk mempercepat penetrasi produk kesehatan semakin terbuka lebar. Peningkatan kapabilitas, pengelolaan risiko, serta kesiapan menghadapi aturan baru menjadi fondasi penting untuk menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan di 2026.
(lam)