Langit7, Semarang - Sebanyak 127 pelaku UMKM di Kota Semaang yang menjadi binaan Lembaga Amil Zakat Masjid Agung Jawa Tengah (Lazisma) menerima dana produktif Rp225,75 juta untuk modal usaha.
Dana produktif yang diberikan tersebut dalam bentuk dana pinjaman tanpa potongan adminstrasi dan bunga.
“Ini merupakan program zakat produktif. Bertujuan merubah mustahik (penerima zakat) , menjadi muzakki (pemberi zakat),” ujar Ketua Lazisma dr H Wahab Zaenuri, usai acara peminaan dan pengguliran zakat produktif ke-17 di Aula Serba Guna Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Sabtu (16/10) malam.
Baca juga: Godok Program Sertifikasi, Pemerintah Bakal Tugaskan Nazir Kelola Tanah WakafPenerima dana zakat produktif dari Lazisma tidak diperbolehkan untuk hal yang bersifat konsumtif. Namun harus dalam bentuk usaha produktif. Penerima nantinya mengembalikan dengan cara mengangsur setiap bulannya.
Wahab Zaenuri menyampaikan, penerima dana produktif mayoritas berasal dari jamaah masjid. Ia berharap dengan dana produktif tersebut jamaah masjid bisa sejahtera secara ekonomi. Untuk pelaku usaha binaan diminta dalam menjalanka bisnis ditargetkan zakat yang dibayarkan, jangan omzetnya.
“Kalau zakatnya tinggi, pasti omzetnya juga tinggi. Tapi kalau targetnya omzet, ya zakatnya akan mengikuti, atau bahkan masuk nisab zakat,” kata Wahab.
Koordinator Pendistribusian Lazisma Ahsan Fauzi menambahkan, dalam waktu dekat pihaknya akan menggylirkan bantuan midal untuk UMKM di wilayah Kabupaten Demak pada 6 November mendatang.
“Ada sekitar 20 UMKM di wilayah Demak yang terdiri dari dua kelompok, yakni kelompok milenial dan mahasiswa yang tergabung IMADE bussines centre (Organisasi Daerah Ikatan Mahasiswa Demak) dan satu lagi kelompok di Desa Kembangan Bonang yang terdampak banjir (tanggul jebol),” kat Ahsan.
Baca juga: Perkuat Keuangan Sosial Islam, Baznas dan BSI Berikan Kemudahan Bayar ZakatDi tempat yang sama, Ketua Bidang Ketakmiran PP MAJT KH Hadlor Ikhsan mendukung upaya Lazisma dalam meningatkan jumlah penerimaan zakat dengan penyaluran zakat produktif, dengan cara memberi modal kepada pelaku usaha binaan, agar nanti suatu saat menjadi muzakki.
“Ini kita gerakkan cinta zakat. Jadi tanpa diminta, disuruh, sudah berzakat ke lembaga resmi seperti Lazisma. Karena zakat manfaatnya sangat luar biasa. Bisa untuk membantu sesama,” ucapnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Ishlah Mangkang Kulon, Tugu, Semarang ini menyampaikan, penerimaan zakat secara nasional belum maksimal. Dari target Rp300 triliun, saat ini baru terkumpuk Rp13 triliun rupiah.
“Ini kenapa? Apa yang wajib zakat tidak zakat atau sudah zakat tapi tidak dicatat,” kata Hadhlor.
Baca juga: Kuatkan Ekosistem Ekonomi dan Keuangan Syariah, BSI Dorong Kesadaran Muzaki Bayar ZakatHadhlor meminta Lazisma mengoptimalkan penerimaan zakat dan melakukan pencatatan secara akurat. Selain itu ia juga mengingatkan agar menyalurkan dana zakat, infaq dan shodaqoh ke mustahik sesuai dengan regulasi, syar’i dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Jangan sampai dana zakat yang terkumpul digunakan untuk melawan NKRI,” ucapnya.
(zul)