Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 31 Oktober 2025
home edukasi & pesantren detail berita
Khazanah Islam di Nusantara

Tembang Lir Ilir, Syiar Sunan Kalijaga Semangati Umat Bangkit dari Keterpurukan

Muhajirin Rabu, 05 Januari 2022 - 21:30 WIB
Tembang Lir Ilir, Syiar Sunan Kalijaga Semangati Umat Bangkit dari Keterpurukan
Ilustrasi (foto: istimewa)
LANGIT7.ID - Sunan Kalijaga merupakan sosok wali dan ulama yang sangat cerdas beradaptasi dalam berdakwah. Corak dakwah salah satu Walisongo itu sangat kental dengan seni dan budaya.

Tak heran jika ada banyak syair lagu ciptaan Sunan Kalijaga yang populer hingga saat ini. Salah satunya lagu "Lir Ilir". Lagu itu merupakan lagu tradisional yang berasal dari Jawa Tengah yang diciptakan Sunan Kalijaga. Dia memperuntukkan lagu itu sebagai syiar Islam di Tanah Jawa pada awal abad ke-16.

Baca Juga: Lingsir Wengi Bukan Lagu Horor tapi Tembang Dakwah Sunan Kalijaga, Ini Makna Aslinya

Lagu ini mengandung nilai religius dan sarat ajaran agama. Itu yang menjadikan lagu ini dinyanyikan dengan penuh penghayatan.

Berikut lirik lagunya:

Lir Ilir Lir IlirTandure wus sumilirTak ijo royo-royo tak senggoh temanten anyar

Cah angon-cah angonPenekno blimbing kuwi lunyu-lunyu peneknoKanggo mbasuh dodotiro

Dodotiro-dodotiroKumitir bedhah ing pinggirDondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore

Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo Surako
Surak iyo.

Makna Lagu Lir Ilir

Pakar filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr Fahrudin Faiz, menjelaskan, Lir ilir tidak bisa diartikan hanya sebatas kipas-kipas. Lagu ini menjadi salah satu bukti kecerdasan Sunan Kalijaga yang menggabungkan antara budaya dan pendidikan agama Islam dalam berdakwah.

Lirik dalam lagu itu merupakan teks yang multitafsir. Meski menggunakan pendekatan religius, tapi setiap orang bisa sesuai posisinya masing-masing. Lir-ilir bisa dimaknai seperti membangunkan orang.

"Ngilir kalau basa Jawa ngilir itu bangun. Lir-ilir itu kayak tangio. Bangunlah, bangkitlah. tandure wis sumilir artinya tanamannya sudah mulai tumbuh. Tak ijo royo-royo, tak senggoh temanten anyar artinya segar sekali. warnanya hijau, membahagiakan sekali seperti bahagianya pengantin baru," kata Fahrudin, dikutip kanal youtube Sabda Guru Chanel, Rabu (5/1/2022).

Dalam penggalan syair "Bangunlah!" artinya bangkit dari keterpurukan sekarang situasi sudah mendukung. Itu bisa ditafsirkan ke banyak hal.

Seperti mahasiswa, lirik itu bisa digunakan sebagai penyemangat untuk berangkat kuliah. Atau pun pemimpin negara bisa bangkit menyelesaikan masalah.

""Lir-ilir tandane wis sumilir. Taijo royo-royo ta sengguh temanten anyar'. Jadi, ayo kita bangkit. Sekarang situasinya sudah memungkinkan. Terus, Cah angon penekno blimbing kuwi. Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro," ucap Fahrudin.

Cah angon itu bisa siapa saja. Termasuk diri sendiri. Setiap orang adalah pemimpin. Setiap orang adalah cah angon, paling tidak angon dirimu sendiri. Di lirik "Penekno Blimbing kuwi", Sunan Kalijaga mengambil ibarat dari buah belimbing yang memiliki lima sudut.

Ada banyak keutamaan dari belimbing dengan angka lima ini. Ada rukun Islam, begitu pun pancasila. Maka dari itu, Sunan Kalijaga mengingatkan, "Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro".

"Meskipun licin, harus kamu panjat. meskipun susah keutamaan-keutamaan itu harus kita panjat. kanggo mbasuh dodotiro artinya untuk membersihkan, untuk menyucikan baju kita. Baju itu ibarat dari diri kita. untuk membersihkan diri kita," kata Fahrudin.

Dari tembang itu, Sunan Kalijaga memanggil semua elemen masyarakat, terutama para pemimpin. Dia meminta agar setiap umat Islam mengamalkan blimbing itu yang bisa berarti rukun Islam ataupun pancasila.

"Lakukanlah keutamaan-keutamaan itu. Jalankan yang baik itu, meskipun susah untuk membersihkan dirimu, untuk membersihkan diri kita. Kenapa harus dibersihkan? 'Dodot iro-dodot ira. kumitir bedah ing pinggir. Dondomono. jlumatono kanggo sebo mengko sore," tuturnya.

Lirik selanjutnya maknanya bajumu itu robek pinggirnya. Sunan Kalijaga mengibaratkan diri sebagai pakaian. Ia robek karena hawa nafsu. Maka itu, pakaian itu harus dirawat dengan blimbing atau keutamaan-keutamaan tadi.

"Maka rawatlah biar bagus untuk sebo menko sore (menghadap kepada yang dimuliakan) biar ga malu kalau ketemu Tuhan. Itulah baju. perbaiki diri mumpung padang rembulane. mumpung jembar kalangane. Mumpung masih jelas, masih terang mana benar, mana salah. Mumpung kesempatan itu datang," tutur Fahrudin.

Mencapai keutamaan memang harus dengan perjuangan. Dengan cerdas Sunan Kalijaga mengingatkan, ayo melakukan suluk, memanjat belimbing, meskipun licin. Lalu ditutup kata-kata pamungkas "yo surak o yo surak hiyo" sebagai tanda bahagia.

(jqf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 31 Oktober 2025
Imsak
03:59
Shubuh
04:09
Dhuhur
11:40
Ashar
14:55
Maghrib
17:49
Isya
19:00
Lihat Selengkapnya
TOPIK TERPOPULER
5 issc
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan