Akhirnya gencatan senjata antara Hamas dengan Israel tercapai. Kepastian ini disampaikan secara terpisah oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Qatar,
Gencatan senjata Israel dan Hamas akan diberlakukan mulai Ahad, 19 Januari 2025. Hal itu telah diumumkan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani
Persyaratan kesepakatan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata di Gaza, serta pembebasan sandera sedang dalam tahap penyelesaian atau final.
Hamas memilih pemimpin baru setelah kematian Ismail Haniyeh di Tehran. Yahya Sinwar, arsitek serangan 7 Oktober, terpilih sebagai pemimpin baru meski kontroversial. Pilihan ini menandakan fase lebih ekstrem bagi Hamas di tengah konflik berkepanjangan dengan Israel. Upaya gencatan senjata terus berlanjut, namun prospek perdamaian masih jauh.
Yahya Sinwar, tokoh militer garis keras, ditunjuk sebagai pemimpin baru Hamas di Gaza. Langkah ini menyatukan sayap politik dan militer kelompok tersebut, namun mempersulit prospek gencatan senjata. Sinwar, yang dianggap sebagai otak serangan 7 Oktober, diperkirakan akan memperkuat hubungan Hamas dengan Iran dan kelompok perlawanan lainnya di kawasan.
Menlu AS Antony Blinken menegaskan pentingnya de-eskalasi konflik di Timur Tengah. Ia memperingatkan Iran dan Israel untuk tidak memperburuk situasi, menekankan komitmen AS terhadap keamanan Israel sambil mendorong upaya perdamaian. Blinken menyoroti risiko eskalasi yang tak terkendali dan pentingnya keputusan bijak untuk meredakan ketegangan di kawasan.
AS mengkritik Israel atas tingginya korban sipil di Gaza. Serangan terbaru menewaskan puluhan orang di kamp pengungsi. Hamas mundur dari perundingan gencatan senjata. Blinken bertemu pejabat Israel, membahas keprihatinan AS dan upaya perdamaian. Tekanan meningkat pada Biden terkait krisis kemanusiaan di Gaza.