LANGIT7.ID, Jakarta - Kuttab pada masa Rasulullah SAW menjalankan fungsi sebagai lembaga pendidikan dasar. Di lembaga ini, anak-anak muslim diajari membaca, menulis, dan menghapal Al-Qur'an.
Kedudukan kuttab pada abad pertama hijriyah merupakan prioritas yang sangat diperhatikan oleh Rasulullah. Sebab, ia menjadi gerbang pintu menuju pengajaran yang lebih tinggi.
"Beliau menaruh perhatian yang besar terhadap masalah-masalah pendidikan. Kuttab seperti madrasah ibtidaiyah pada masa sekarang," kata Staf Pengajar IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Novianti Muspiroh, dalam makalah berjudul
Kuttab sebagai Pendidikan Dasar Islam dan Peletak Dasar Literasi, dikutip Jumat (14/1/2022).
Kemampuan membaca dan menulis di lembaga pendidikan ini semakin penting ketika Islam kian berkembang di Madinah. Kala itu, pencatat wahyu sangat dibutuhkan. Dua keterampilan itu juga dibutuhkan untuk komunikasi antara kaum muslimin dengan suku-suku dari bangsa lain.
Peletakan keterampilan membaca dan menulis sebagai program pendidikan prioritas bisa dilihat dalam peristiwa pembebasan tawanan-tawanan Perang Badar (2/624). Rasulullah memberi keputusan terhadap tawanan perang Badar agar mereka menebus dengan harta, akan tetapi para tawanan tidak memilikinya. Mereka lantas diperintah untuk mengajarkan 12 anak muslim sebagai kompensasinya.
Setelah itu, Beliau juga menginstruksikan al-Hakam bin Sa’id untuk menjadi staf pengajar pada sebuah kuttab di Madinah. Ini memperlihatkan bahwa pendidikan sudah menjadi perhatian penting kaum muslimin sejak masa yang paling awal.
Novianti menilai ada 3 tujuan lembaga pendidikan Kuttab.
Pertama, tujuan keagamaan. Anak-anak bisa menghafal al-Qur’an dan mengetahui artinya sehingga anak mempunyai perbendaharaan taqwa, kesucian, dan petunjuk yang sangat berharga.
Kedua, tujuan pembentukan budi pekerti. Dengan keteladanan dalam sikap, nasehat-nasehat, dan syair-syair, pembentukan karakter anak diharapkan dapat mencontoh perilaku baik orang-orang saleh.
Ketiga, tujuan manfaat. Ilmu hitung, tata bahasa nahwu, ilmu politik (ilmu akhbar), dan sebagainya diharapkan dapat memberi bekal nilai-nilai praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Kurikulum Pendidikan Kuttab
Kurikulum kuttab memuat ilmu-ilmu yang pada mulanya diajarkan sederhana saja, yakni belajar menulis dan membaca, membaca Al-Qur’an dan menghapalkannya. Pokok-pokok ajaran agama Islam, seperti puasa, cara berwudhu, sholat, dan sebagainya juga diajarkan dengan sederhana.
Pada zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, Kuttab mengalami perkembangan. Dia menginstruksikan pengajaran dan penghapalan syair dan peribahasa, membaca, memanah, mengendarai kuda, dan berenang.
"Kebijakan khalifah Umar direspon di sejumlah kota yang mempunyai sungai seperti Mesir, Irak, dan lain-lain," kata Novianti.
Beberapa kuttab semakin berkembang dengan mengajarkan materi Al-Qur’an, tata bahasa, ilmu hitung, bahasa, pokok-pokok agama, dan menulis. Akan tetapi setiap kuttab tidak memperlihatkan kesamaan dalam menyampaikan materi pelajaran.
Novianti mencontohkan umat Islam di Maroko yang sangat berfokus pada pengajaran Al-Qur’an. Di sisi lain, Muslim Spanyol memfokuskan diri pada pelajaran membaca dan menulis. Daerah Ifriqiyah menekankan kepada belajar Al-Qur’an dengan fokus khusus pada keragaman bacaan.
Wilayah Timur menganut perpaduan kurikulum dengan Al-Qur’an sebagai inti, namun tidak mengintegrasikan dengan keterampilan kaligrafi, sehingga tulisan anak-anak muslim dari Timur tidak cukup baik.
Menurut Novianti kurikulum kuttab pada masa klasik memperlihatkan banyak hal berikut ini:
1. Meski tujuannya untuk belajar menulis dan membaca, pelajaran Al-Qur’an menjadi topik penting di kuttab. Pelajaran Al-Qur’an tidak hanya memenuhi aspek kognitif tetapi juga afektif, sehingga anak bisa mengapresiasi nilai-nilai Al-Qur’an.
2. Pendidikan akhlak sangat diutamakan, sebab merupakan aktualisasi dari Al-Qur’an. Institusi pendidikan dianggap sebagai institusi penjaga moral. Pada umumnya, setiap pelajaran khususnya pelajaran agama, senantiasa mengandung muatan moral.
3. Pelajaran seni seperti musik dan tari tidak dikembangkan di kuttab. Kesenian ini dikhawatirkan bisa merusak akhlak anak.
4. Pelajaran lain di luar Al-Qur’an seperti tata Bahasa Arab mungkin disampaikan sebagai media memahami Al-Qur’an.
5. Pelajaran berhitung dan olahraga belum memperoleh keterangan yang rinci bagaimana materi dan pelaksanaanya di kuttab.
6. Tidak terlihat adanya pelajaran yang bisa dijadikan dasar pengembangan ilmu pengetahuan pada jenjang pendidikan selanjutnya.
(jqf)