LANGIT7.ID, Jakarta - Berjam-jam terjebak di kemacetan saat arus mudik maupun arus balik tentu menguras emosi. Jika tidak dikelola dengan baik, bisa berujung pada stress dan hal negatif lain.
Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Sutarimah Ampuni, mengatakan, seseorang sangat penting belajar mengelola emosi agar bisa terekspresikan secara wajar dan sehat. Emosi harus diekspresikan dengan pas agar tidak menimbulkan efek buruk bagi diri sendiri dan orang lain.
"Emosi perlu dikelola, mengekspresikan dengan sehat dan pas. Tidak menahan-nahan, namun juga tidak meledak-ledak," ucap Ampuni, dikutip dari laman resmi UGM, Jumat (28/9/2022).
Ada sejumlah strategi dalam mengekspresikan emosi. Salah satunya menahan atau menekan emosi. Tapi tidak boleh berlebihan. Misal, menahan rasa duka, karena tidak ingin terlihat lemah dan berduka di hadapan orang lain.
Baca Juga: Hindari Macet di Ibu Kota, Jalan 'Tikus' Jadi SolusiAkan tetapi, strategi itu kurang bagus, sebab jika menahan emosi akan berbahaya. Ibarat botol yang diisi air soda dan ditutup rapat. Suatu saat akan meledak. Begitu juga dengan emosi.
Cara lain mengelola emosi adalah dengan merenung. Mengekspresikan emosi dalam bentuk diam dan menyendiri. Tidak semua emosi harus diekspresikan atau dilepaskan. Tapi harus selektif dalam melepas dan menahan emosi.
"Harus pilih-pilih, kadang harus melepas dalam ukuran yang pas, tetapi kadang kala harus menahan," ucap Ampuni.
Ampuni lalu menjabarkan beberapa cara mengelola emosi. Pertama, melakukan pemilihan situasi. Memilih akan merasakan emosi atau tidak. Misal, setiap melihat dialog politik di televisi emosi mudah tersulut. Maka sebaiknya menonton debat politik dihindari, jika tidak kepentingan secara langsung.
Baca Juga: 5 Transportasi Umum Jadi Alternatif Siasati Kenaikan BBM
"Sebelum melakukan pemilihan situasi, kita harus punya
self awareness mengenai emosi kita sendiri. Aware apa yang membuat kita marah, kecewa, dan lainnya," ucap Ampuni.
Kedua, memodifikasi lingkungan. Contoh, saat merasa galau dan sendu bisa menata ulang kamar agar lebih bersemangat.
Ketiga, mengubah dalam diri sendir. Salah satu caranya adalah mengubah pemikiran terhadap seuatu persoalan. Misal, saat diputuskan pacar. Pasti ada perasaan sedih.
Nah, untuk mengurangi rasa sedih itu, maka bisa berfikir bahwa sang pacar bukan jodoh. Allah pasti akan mendatangkan pasangan yang jauh lebih baik.
"Coba pengaruhi dan ubah pikiran negatif menjadi positif/lebih optimis. Memang ini tidak mudah terlebih saat kondisi terpuruk, tetapi harus ada kemauan untuk itu," tutur Ampuni.
Baca Juga: Usia Golden Age Waktu Tepat Ajarkan Anak Konsep Kesehatan Mental
Keempat, mengalihkan perhatian. Misal dengan melihat tayangan komedi, jalan-jalan, atau melakukan hobi untuk mengalihkan emosi.
Kelima, mengambil jarak dari emosi yang dirasakan Contoh, ketika marah tidak langsung diekspresikan dengan berdiam diri dulu. Bisa juga melakukan aktivitas lain untuk menekan amarah.
"Mengambil jarak ini juga bisa dengan mensugesti diri, seperti hari ini aku sudah banyak emosi negatif sekarang akan memberi kesempatan tubuh dan pikiran untuk istirahat serta tidak memberi kesempatan bagi emosi negatif menguasai waktu yang ada," ucap Ampuni.
(jqf)