LANGIT7.ID-, Jakarta - -
Jamaah haji yang pulang dari
Tanah Suci sebagian ada yang pernah merasakan kehampaan, kesedihan, kecemasan, bahkan kehilangan semangat berkepanjangan.
Menurut psikolog dari IPB University, Nur Islamiah, kondisi ini disebut dengan
sindrom pasca haji atau dikenal dengan istilah
Post Hajj Syndrome.Gejala-gejala di atasnya umumnya kerap dialami oleh jamaah haji dan umrah.
Baca juga: Waspadai Penyakit Usai Pulang Haji, Simak Tips Jaga Kesehatan Berikut“Post-Umrah/Hajj Syndrome merupakan kondisi transisi psikologis, emosional, dan spiritual yang dialami oleh sebagian jamaah setelah menunaikan ibadah besar,” jelas Nur Islamiah seperti dikutip dari laman IPB University, Rabu (25/6/2025).
Namun, kata Nur Islamiah, sindrom ini merupakan hal yang lumrah terjadi dan tidak termasuk gangguan kejiwaan.
Gejala-gejala yang muncul, tambah Nur Islamiah, merupakan respons emosional setelalu melalui
pengalaman spiritual yang sangat intens.
"Dalam ilmu psikologi, respons ini sejalan dengan konsep
post-event letdown. Seseorang dapat saja merasa kosong atau kehilangan arah setelah menjalani pengalaman hidup yang sangat bermakna dan menyentuh jiwa," jelas perempuan yang kerap disapa Mia ini.
Ia menambahkan, ketegangan antara harapan sosial dan realitas pribadi turut mewarnai dinamika Post-Umrah/Hajj Syndrome.
Selain dinamika batin, transisi pascaibadah juga berlangsung dalam konteks sosial yang tak kalah menantang.
Baca juga: Tasyakuran Pulang Haji, Bagaimana Hukumnya?Mia mencontohkan, gelar haji atau hajjah yang berujung pada harapan masyarakat akan perilaku individu yang lebih religius, sabar, dan menjadi panutan moral.
"Tekanan sosial semacam ini, meskipun tidak selalu disadari, dapat memperkuat beban emosional yang dirasakan, terutama ketika individu merasa belum mampu sepenuhnya mempertahankan idealitas spiritual yang diperoleh selama di Tanah Suci," terangnya.
Sebuah studi menunjukkan bahwa sekitar 1–1,3 persen jamaah haji mengalami masalah psikologis ringan, seperti kecemasan, kesedihan berlebihan, hingga sulit tidur pascaibadah.
Meskipun prevalensinya kecil, angka ini menunjukkan bahwa reaksi emosional setelah ibadah besar seperti haji atau umrah adalah hal yang nyata dan perlu diperhatikan.
“Langkah awal yang perlu dilakukan adalah menyadari bahwa perjalanan spiritual tidak selesai di Tanah Suci. Justru, tantangan sejati dimulai saat kita membawa semangat ibadah itu pulang ke kehidupan nyata,” ucapnya.
Untuk mengatasi sindrom pasca haji ini, Mia menyarankan beberapa yang dapat dilakukan para jamaah yang baru pulang ke Tanah Air.
Baca juga: Psikologi Sarankan Orang Tua Bimbing Anak Bijak Menggunakan Media Sosial“Misalnya bagi yang lelaki merutinkan salat di masjid, yang wanita menjaga salat tepat waktu, memperbanyak zikir pagi dan petang, membaca Al-Qur’an secara rutin, menulis jurnal syukur, serta memperkuat silaturahim dan amal sosial. Membentuk komunitas pasca-umrah atau haji juga dapat menjadi sarana saling menguatkan dan menjaga semangat rohani,” ucapnya.
Mia menekankan untuk tetap memberi ruang untuk rindu. Sebab, rindu merupakan bentuk cinta sebagai tanda hati pernah begitu dekat dengan Ilahi.
"Biarkan rindu itu hidup, karena darinya tumbuh niat untuk kembali,” tambahnya.
Hanya saja bila gejala emosional berlangsung dalam waktu lama atau lebih dari dua minggu, dan cukup intens. Mia menyarankan untuk langsung berkonsultasi dengan psikolog atau tenaga profesional.
(est)