LANGIT7.ID, Jakarta -  
Startup digital semakin menjamur di Tanah Air. Tapi, akhir-akhir ini banyak 
startup digital mengalami paceklik sampai mem-PHK karyawan hingga sahamnya anjlok. Padahal, sekilas bisnis digital itu nampak sangat menjanjikan. 
Sebut saja Zenius dan LinkAja yang baru saja mem-PHK ratusan karyawan. TaniHub baru saja menutup dua gudang dan mem-PHK karyawan. Fabelio diprotes karyawan karena tunggak bayar gaji hingga memaksa karyawan 
resign, dan saham GOTO dan BUKA Anjlok ke batas terendah. 
Konsultan pemasaran, Yuswo Hady menjelaskan, banyak pendiri 
startup digital membangun bisnis terlihat mudah. Mereka ahli dalam mencari ide brilian, merumuskan model bisnis digital, mencari investor global, bakar duit, sampai mendapatkan valuasi triliunan rupiah.
Baca Juga: Strategi Keberhasilan Canva: Membuat Siapapun Jadi Bisa Desain Grafis
Kemudian sang 
founder menjadi selebriti motivator diundang seminar motivasi sukses di mana-mana. Namun, tahun ini gambaran indah itu mulai kelabu. Satu persatu 
startup digital itu mulai bertumbangan.
"Minggu ini kita mendengar berita Zenius mem-PHK karyawan. Tak hanya itu tahun ini LinkAja, TaniHub, UangTeman, hingga Fabelio juga melakukan langkah sama. Kita menunggu, apakah 
DOMINO EFFECT ini bakal berlanjut atau bahkan
 “digital startup BUBBLE" segera meletus," tulis Yuswo Hady di akun instagramnya, Rabu (25/5/2022).
Tak hanya itu, gambaran muram juga tercermin dari kinerja 2 
startup digital pertama yang melantai di bursa yakni Bukalapak dan GoTo. Kedua emiten ini tak cukup mendapatkan sentimen positif di pasar, sehingga harga sahamnya kurang menggembirakan. 
"Pandemi menjadi alasan jebloknya startup digital yang umumnya dibesut founders milenial ini. Di era digital disruption mereka mendisrupsi perusahaan-perusahan besar dan mapan. Namun ironisnya, di era pandemi mereka justru di-disrupsi oleh Covid-19," kata Yuswo Hady. 
"Mampukah mereka bangkit pascapandemi?," tanya Yuswo Hady. Dia menyebut, kebanyakan 
founder startup digital ini adalah pebisnis awal yang minim pengalaman lapangan. Mereka piawai merancang model bisnis digital untuk dijual ke 
venture capital (VC), namun minim pengalaman eksekusi. 
"Mereka piawai merancang model bisnis digital untuk dijual ke 
venture capital (VC) namun minim pengalaman eksekusi. Banyak dari mereka lulusan IT dari Stanford or Harvard namun minim pemahaman detail-detial bisnis di akar rumput," tutur Yuswo Hady.
Baca Juga: Jadi Angel Investor, Maudy Ayunda Suntik Dana ke Aplikasi Program Diet
Lebih celaka Iagi, kata Yuswo Hady, selama ini praktis merek belum pernah gagal, yang ada adalah 
success story dan pujian terutama dari media. Baru di masa pandemi ini mereka betul-betul merasakan pahitnya kegagalan. 
"Kini harapan tertumpu pada VC dan korporasi besar yang selama ini menyuntik dana, meng-
assist manajemen, dan mem-
back up operasi mereka," jelas Yuswo Hady.
Yuswo Hady mempertanyakan, mampu dan maukah mereka menyuntikkan dana, ekspertis, dan terutama pengalaman bisnis kepada 
startup-startup tersebut?. Itu diperlukan agar mereka mampu memecahkan persoalan dan melewati badai 
pandemic disruption. 
"Semoga badai segera berlalu dan mereka sukses melewatinya," pungkas Yuswo Hady.
(jqf)