LANGIT7.ID, Jakarta -  Nabi Muhammad SAW menganjurkan ummatnya untuk mengambil hikmah dalam urusan dagang. Sebab, diyakini urusan perdagangan adalah suatu usaha yang dapat memenuhi kebutuhan dan bermanfaat bagi orang banyak.
Rasulullah merupakan pedagang ulung, yang sejak usia remajanya dihabishkan sebagian besar dalam urusan perdagangan. Untuk itu, sebagai suri tauladan, sudah sepantasnya ummat Islam meniru prinsip dagang yang dilakukan Rasulullah dalam urusan bisnis.
Praktisi dan pakar ekonomi syariah, Adiwarman Karim mengatakan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pelaku usaha dewasa ini. Dengan mengikuti prinsip dagang Rasulullah, diharapkan para pelaku usaha juga bisa meraih kesuksesan dalam perdagangan mereka.
JujurMungkin perihal ini adalah suatu nasihat klise yang sering diucapkan, tapi masih banyak orang yang keliru dalam menafsirkan kejujuran dalam dagang. Menurut Adiwarman, kejujuran saja tidak cukup tapi juga perlu adanya tingkat kecerdasan yang cukup untuk bisa mendapatkan keberhasilan.
“Contoh kecilnya adalah kompetitor yang misalkan nakal dengan mengurangi timbangan dan ukuran barang ketika melakukan transaksi. Kalau kita hanya bermodal jujur, bagaimana bisa kita menyaingi kecurangan ini, terlebih kita juga tidak boleh turut melakukan kecurangan dagang dalam Islam,” ujarnya dikanal Youtube Aksi Inspirasi.
Adiwarman mengatakan, cara pandang seperti itu adalah cara yang salah. Seperti yang diajarkan Rasulullah, lanjut dia, ketika melihat adanya kecurangan di kompetitor, maka yang harus dilakukan adalah memberikan timbangan yang lebih.
“Ketika ada orang mau beli jangan dikurangin, tapi dilebihin. Kalau ada yang beli dagangan kita maka timbangannya tambahan sedikit, biar anget. Maka kejadiannya pembeli akan pindah karena itu juga bentuk strategi untuk menarik banyak pembeli,” ujarnya.
Dalam hal ini, kata Adiwarman, modal jujur dalam berdagang tidak cukup, tanpa dibarengi dengan kecerdasan. Ia mengatakan, pentingnya jujur dan cerdas untuk mencari barokah dari Allah. Selain itu ia juga mengingatkan untuk bisa memiliki sifat siddiq dengan meninggalkan yang haram dan amanah menjaga kepercayaan orang lain.
SedekahPoin ini memiliki kaitan erat dengan poin sebelumnya. Adiwarman mengatakan dengan kita melebihi timbangan itu juga merupakan bagian dari sedekah, sehingga akan mengundang berkah dari Allah.
“Ada doa yang diajarkan dan sering kita gunakan sehari-hari tapi tidak untuk berdagang, yaitu Allahumma barrik lana fiima rozaktana waqina adzabannar, yang artinya Ya Allah berkahilah seluruh rezeki yang Engkau berikan kepada kami, dan jauhkan kami dari siksa api neraka,” jelasnya.
Doa ini penting dalam urusan dagang. Sebab, ummat Islam membutuhkan rezeki yang barokah dari Allah. Sebagaimana sebuah bisnis yang juga tidak hanya mencari untung, tapi juga menebar banyak manfaat kepada orang banyak. 
Hadits Rasulullah yang sering disebutkan: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (HR. Al-Qadlaa’iy dalam Musnad Asy-Syihaab no.129, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5758).
“Rezeki sudah Allah yang atur, yang terpenting adalah usahanya, ngapain kaya tapi pelit,” ujarnya.
Yakin Pertolongan AllahSetiap pelaku usaha perlu memberikan manfaat kepada orang lainnya, dengan maksud mendapatkan manfaat dan pertolongan dari An Nashiir: Yang Maha Penolong. 
Sehingga dalam bisnis yang sukses diperlukan pertolongan orang lain atas izin Allah. Di mana Allah menggerakkan makhluknya untuk memberikan pertolongan, termasuk dalam hal ini adalah kesuksesan dalam jual –beli.
“Kita ini bukan Rasul dan Nabi, di mana mereka dapat masalah doa sedikit datang malaikat untuk menolong. Kita sebagai manusia, cara Allah menolong adalah dengan menggerakkan makhluknya. Itu sebabnya “Man lam yasykurinnas lam yasykurIllah”: siapa yang tidak dapat berterima kasih pada manusia pada hakikatnya dia tidak bersyukur kepada Allah SWT,” jelas Adiwarman.
Adiwarman berpesan kepada pelaku usaha untuk bisa mengamalkan setiap ajaran dari suri taulan ummat Islam Nabi Muhammad SAW. Selain itu, ia juga mengingatkan untuk bisa semaksimalkan ummat Islam dewasa ini mencontoh Rasulullah, khususnya dalam urusan dagang.
“Seperti mengutip kaidah Ushul Fikih “ma la yudraku kulluhu la yutraku kulluhu,” kalau engkau tidak bisa mengerjakan kebaikan 100 persen, jangan tinggalkan kebaikan itu 100 persen. Jadi jalankan saja dulu, karena barokah fi harokah, barokah itu adanya dalam pergerakan,” tandasnya.
(zul)