Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Rabu, 01 Mei 2024
home masjid detail berita
Wawancara Khusus

Jakarta Islamic Centre, Dakwah Mengakar dan Mendunia dari Eks Lokalisasi

Muhajirin Jum'at, 22 Juli 2022 - 16:48 WIB
Jakarta Islamic Centre, Dakwah Mengakar dan Mendunia dari Eks Lokalisasi
Kawasan Jakarta Islamic Centre dulunya merupakan eks lokalisasi terbesar di Asia Tenggara (encyclopedia.jakarta-tourism.go.id)
skyscraper (Desktop - langit7.id)
LANGIT7.ID, Jakarta - Jakarta Islamic Centre (JIC) berdiri megah di utara Jakarta, tepatnya di Jalan Kramat Jaya Raya, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara. Sebelum menjadi Islamic Centre, lokasi itu memiliki cerita masa lalu yang kelam.

Sebelum menjadi Islamic Centre, tempat itu merupakan lokalisasi Kramat Tunggak dan disebut sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara pada 1990an. Namun, tempat itu berubah total pada 2004 silam. Gubernur DKI Jakarta kala itu, Sutiyoso, menyulap lokasi tersebut menjadi Islamic Centre yang dikelola lembaga bernama Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPPIJ).

Baca Juga: Masjid Jakarta Islamic Centre Rombak Sejarah Masa Kelam

Redaksi LANGIT7.ID berkesempatan bersilaturahmi dengan Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPPIJ), KH Muhammad Subki, pada Kamis (21/7/2022).

Jakarta Islamic Centre, Dakwah Mengakar dan Mendunia dari Eks Lokalisasi

Dalam pertemuan tersebut, KH Subki menjelaskan sepak-terjang JIC dalam mengembangkan dakwah Islam untuk masyarakat sekitar, di seluruh Jakarta, Indonesia, bahkan skala Internasional. Berikut kutipan wawancaranya:

Wilayah Ini dulunya bekas lokalisasi, perkembangan sebagai Islamic Centre sekarang bagaimana, dari sisi dakwah ke masyarakat lokal maupun se-Jakarta?

Jadi, alhamdulillah JIC ini sebetulnya memang sebuah lembaga yang dimiliki oleh Pemprov DKI Jakarta, yang landasannya hukumnya kita semua berada di bawah keputusan Gubernur DKI Jakarta, yang tentu salah satu peranannya itu mengemban misi dakwah umat Islam di DKI Jakarta, khususnya.

Walaupun kalau jangkauannya, kita ingin bukan cuma Jakarta, tapi Indonesia bahkan internasional. Salah satu sektor dakwah yang kita kembangkan di sini adalah sektor dakwah kemasyarakatan. Jadi, bagaimana kita menanamkan nilai-nilai dakwah itu kepada masyarakat dengan jalan yang mudah dan sederhana, bisa diterima, enggak terlalu rumit-rumit.

Maka, kalau kita lihat kegiatannya juga, di sini kebanyakan kegiatannya sederhana, ibu-ibu baca Qur’an di atas, ibu setiap hari Ahad kajian Dhuha, ada pengembangan baca tulis Al-Qur’an dengan berbagai macam metode. Ada metode iqro, al-barqy, bahkan Ustadz Bobby Heri Wibowo mensosialisasikan gemar membaca dan menghafal Al-Qur’an.

Tapi, sekali lagi, kita suguhkan dengan cara yang sederhana. Karena masyarakat kita sudah rumit dengan bermacam-macam urusan. Jadi, Mereka lebih senang dengan sesuatu yang mudah dan sederhana. Itu untuk masyarakat sekitar.

Kalau untuk masyarakat jauh, jangkauannya melalui media-media kita, radio dan lain sebagainya, media online, tapi kita juga menyelenggarakan syiar-syiar yang sifatnya besar. Misalkan ada event-event Nuzulul Qur’an, jangkauannya se-DKI Jakarta. Khataman Kubro, ada 500-1000 anak santri yang mengkhatamkan Al-Qur’an.

Kemudian, ada Tilawah Qur’an On the Street. Mereka bertadarus di pinggiran jalan. Itu sudah kita lakukan, merupakan rangkaian dari Nuzulul Qur’an. Konsepnya tadarus Al-Qur’an sambil wisata. Jadi, nongkrong di taman, di kebun-kebun. Kita siapkan buka puasa bersama waktu itu, sampai 5.000 paket itu tidak cukup. Artinya, yang hadir lebih dari 5.000-an orang.

Baca Juga: Perkuat Syiar, 5.000 Warga DKI Khatamkan Al-Quran di Masjid JIC

Masyarakat kan ingin yang rileks, bukan yang tegang-tegang. Kalau tegang-tegang, komunitasnya ada lagi, tapi kita yang suguhkan yang rileks-rileks.

Jadi, kira-kira begitu. Tapi kemudian kita juga tidak melupakan silaturahmi kepada guru-guru, senior, ulama, habaib. Alhamdulillah, beberapa kali kita didatangi KH Syukron Ma’mun, KH Munawir Aseli. Pak Gubernur (DKI Jakarta) juga mendampingi mereka.

Artinya, kepada para ulama kita menghormati. Dan kita tidak pilih-pilih ormas mana. Kita harus bersatu, ada tokoh dari Muhammadiyah, dari Nahdlatul Ulama, dan kita sangat mengakomodir teman-teman dari ormas yang lain, tanpa ada diskriminasi.

Kita mengikat persatuan umat. Justru pekerjaan rumah (PR) kita itu menyatukan, kalau perbedaan sih memang sudah kodratnya berbeda. Kalau perbedaan diperuncing terus, tidak akan selesai-selesai. Kita lebih mengedepankan melekatkan dan merekatkan.

Alhamdulillah, untuk skala internasional, di sini kita juga ada Pondok Tahfidz Sulaimaniyah dari Turki. Kerja sama kita dengan mereka. Rencananya bulan ini akan hadir sekitar 250 santri mutqin di sini. Program mereka di sini rata-rata dua tahun, lalu berangkat ke Turki dan datang lagi santri baru.

Baca Juga: PPPIJ Lepas Puluhan Calon Mahasiswa Al Azhar Kairo

Mereka mengakomodir visi-misi JIC, kita juga cocok dengan Sulaimaniyah. Jadi, saling menguntungkan. Lokasi ini jadi ramai dengan anak-anak penghafal Al-Qur’an. Kegiatannya juga bukan hanya skala nasional, tapi internasional.

Kalau ada Bazar Sulaimaniyah itu yang datang dari Jerman, Turki. Kayak kurban kemarin, ada juga utusan dari Sulaimaniyah yang datang. Jadi, pokoknya apapun yang terkait dengan Islam kita ahlan wa sahlan. Selamat datang, kita senang sekali membangun kebersamaan itu.

Saya pikir itu sesuai dengan visi-misi awalnya. Pak Sutiyoso pada saat itu membangun JIC dari yang tadinya lokalisasi maksiat, Sampai disebut minal haram jadah ila sajadah, minazzulumati ilannur.

Tema kita sekarang merangkul dan mendekatkan semua unsur. Termasuk juga masyarakat sini. Di sini kan menengah ke bawah. Kita juga melupakan Mereka dengan kegiatan sosial, ada santunan-santunan, sunatan massal, pemberdayaan ekonomi, ada pelatihan bikin mie, pelatihan bikin roti. Kita adakan gratis buat mereka. Maksudnya, setelah itu mereka diharapkan mengembangkan usaha di tempatnya masing-masing.

Sekali lagi, kita tidak semata-mata hanya mengurusi ibadah, tapi sosial juga kita juga rambah. Karena itu bagian dari dakwah juga kan. Memakmurkan masjid itu kan, pertama mendirikan shalat, lalu menunaikan zakat. Zakat itu kan artinya sosial. Tidak hanya dibangun hati dan pikirannya, tapi juga kantongnya.

Apa visi dari Jakarta Islamic Centre?

Visi JIC itu menjadikan Pusat Peradaban Islam dunia. Jadi, targetnya ke sana. Kan kalau visi kita harus luas, tinggi. Jadi, maksudnya kita menghadirkan Islam yang baik. Kita ingin suguhkan ini loh, konsep kita. Bukan yang terorisme, radikalisme.

Karena sebetulnya itu (teroris dan radikal) jauh dari Islam. Tidak ada Islam radikal. Kalaupun ada muslim yang radikal, itu kan karena salah jalan saja. Tapi, Islam itu sendiri tidak ada yang intoleran.

Kita ingin membangun ini sebagai pusat peradaban. Makanya, sekali lagi, kalau kita bicara peradaban tidak cuma ibadah. Di sini ada juga budaya. September 2022 kita akan adakan festival budaya, yang akan menghadirkan utusan-utusan dari provinsi lain se-Indonesia.

Akhir Juli 2022 ada Festival Wisata Halal. Kita juga kerjasama dengan bekerjasama dengan para pemangku dan pelaksana Wisata, tapi yang muslim. Karena kita ingin membangun konsep wisata yang memang orang-orang punya kecenderungan tidak neko-neko.

Kan tidak semua wisatawan asing sekuler. Banyak juga wisatawan dari Timur Tengah, keluarga, dan Mereka ingin yang islami-islami. Kita berusaha menyuguhkan konsep-konsep wisata halal.

Sampai di mana upaya untuk mewujudkan visi itu? Apakah ada target-target tertentu?

Target pastinya ada ya. Kita sudah membuat semacam tahapan-tahapan, paling tidak tahun ini ada mengenalkan konsep-konsep yang ingin kita kaitkan dengan peradaban, apa saja sektornya. Dan ternyata kan kita tidak hanya mengurus yang ibadah itu ya. Termasuk seni dan budaya.

Ramadhan kemarin kita mengadakan Pameran Kaligrafi Internasional selama sepekan. Ada 26 negara sebanyak 102 peserta. Artinya, Islam itu sebetulnya luas. Tidak cuma sektor ibadah saja. Masjid berhak juga mengelola kemajemukan program-program keislaman itu. Mulai dari yang bersifat ubudiyah sampai sifat ekonomi dan sosial. Kita juga banyak terinspirasi dari masjid-masjid besar di Indonesia, yang punya program lebih baik.

Baca Juga: Libatkan 102 Seniman Internasional, JIC Gelar Pameran Kaligrafi Al-Quran

Artinya, tahapan penawaran itu sudah mulai kita lakukan. Kami gaungkan bahwa kita menghadirkan Islam yang tidak jumud, tidak kaku. Fleksibel bahwa Islam itu mudah, menyenangkan.

Alhamdulillah kita juga bangun program-program buat anak-anak. Kita ingin juga menjadikan Masjid JIC ini yang ramah anak. Makanya, kalau teman-teman LANGIT7.ID Sabtu dan Ahad ke sini, itu ramai. Ada yang Bawa tikar, makan-maka, piknik.

Masyarakat juga butuh ruang-ruang terbuka, dan mereka sangat senang dengan menemukan ruang terbuka di JIS ini. Ini kawasannya 10,8 hektar. Jadi, taman-taman dan kebun-kebun cukup luas.

Kalau Sabtu dan Ahad, itu ramai, jadi ruang publik. Dan kita buka untuk umum. Kita ada juga pegawai yang piket pada Sabtu dan Ahad. Tidak libur semua. Artinya, masyarakat perlu itu. Dan kita membuka.

Kita juga membuka sarana kita untuk digunakan sekolah-sekolah yang ada di sekitar sini. Ada Madrasah Aliyah dan Tsanawiyah yang program tahfidz Qur’annya di sini. Mereka ketika jam belajar Qur’an datang ke sini. Guru bersama murid-muridnya. Kita juga senang, karena Masjid kita jadi ramai. Jadi, saling menguntungkan. Artinya, kita tidak ingin menjadi eksklusif, tempat ini terbuka.

Apa tantangan menjalankan pengelolaan Jakarta Islamic Centre?

Pertama, minat masyarakat yang terus-menerus harus ditumbuh-kembangkan. Karena memang, masyarakat kita perlu mendapatkan sentuhan terus. Kedua, faktor anggaran harus ditingkatkan dari APBD Pemprov DKI Jakarta.

Tentu, yang sangat kita harapkan juga adalah semacam pemeliharaan rutin terkait sarana. Ini kan sarana besar sekali. Dan, sudah cukup lama 2004 sampai 2022 berarti hampir 20 tahun. Artinya, banyak yang perlu diperbaiki.

Insya Allah Agustus ini kita akan renovasi atap dan kubah. Sudah disepakati tinggal teknis pekerjaan kapan akan dimulai.

Memang kendalanya, sarana yang harus mendapatkan perhatian untuk diperbaiki. Masyarakat kan taunya ini masjid pemerintah, kalau masjid pemerintah kita juga tidak berani jor-joran untuk menarik infaq. Karena orang lihat, “ini kan punya pemerintah”. Padahal, kita tidak menutup pintu juga mereka berinfak.

Baca Juga: Anies Baswedan Harap Jakarta Islamic Centre Semakin Berkembang

Lalu, apa perbedaan atau keunggulan ketika sebuah masjid dikelola oleh pemerintah dan dikelola swadaya?

Paling tidak kita mengemban misi pemerintahan provinsi. Misi kita juga harus sejalan dengan misi Gubernur DKI Jakarta, bagaimana memunculkan kemajuan untuk masyarakat dan umat. Saya pikir dukungan pemerintah itu adalah nilai lebih yang luar biasa.

Selain itu kan kita juga punya garis koordinasi dengan birokrasi, bisa mendapatkan prioritas, dengan Pemprov DKI Jakarta, dengan Dinas terkait, Wali Kota, Camat. Alhamdulillah, koordinasi kita selalu direspon.

Kalau ada kegiatan besar, tinggal meminta bantuan Polisi, Satpol PP, mereka selalu siap. Artinya, Masjid ini mendapatkan respon positif, itu sangat luar biasa. Tinggal tergantung, seberapa kreasi-kreasi kegiatan yang harus kita hadirkan kepada masyarakat, supaya menarik.

(jqf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Rabu 01 Mei 2024
Imsak
04:26
Shubuh
04:36
Dhuhur
11:53
Ashar
15:14
Maghrib
17:50
Isya
19:00
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan