LANGIT7.ID - , Jakarta - Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (
LGBT) merupakan masalah kejiwaan yang sejatinya bisa disembuhkan. Meski sama-sama
penyakit mental, masalah kejiwaan berbeda dengan gangguan jiwa.
Menurut Pedoman Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan (
Kemenkes) Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) merupakan orang yang memiliki masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan, dan perkembangan dalam kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.
Baca juga: 5 Tema Khutbah Jumat: Peringatan Azab Allah kepada Kaum LGBTSementara Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) merupakan gangguan pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala. ODGJ menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai manusia.
Diketahui, sejak 1970 LGBT dihapuskan dari kategori gangguan jiwa. Artinya, perilaku LGBT dianggap bukan gangguan jiwa atau kategori ODGJ.
Menurut Neuro Psikolog dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ihshan Gumilar, LGBT penyakit mental dan bukan disebabkan oleh faktor biologis atau bawaan lahir.
"Artinya, terdapat peristiwa yang membuat seseorang menjadi LGBT," ujar Ihshan, dalam keterangan tertulis di laman Psikologi Universitas Medan Area, dikutip Langit7.id, Jumat (2/12/2022).
Ia mencontohkan, misal ada seorang anak, dengan usia kisaran Sekolah Dasar, memiliki ekonominya berkecukupan tapi keluarganya 'broken home'. Sang anak tersebut merasa tak ada yang mendengarkannya hingga akhirnya menemukan seorang teman sesama wanita.
Baca juga: Menolak Feminisme, Cara Umat Islam Cegah Penyebaran LGBTSeorang anak yang melihat adegan pornografi di internet juga berpotensi pada perilaku LGBT. Mereka akan penasaran untuk melakukan secara langsung apalagi jika sudah memiliki teman sesama jenis.
"LGBT disebabkan oleh multifaktor, di antaranya kemudahan mengakses pornografi. Bila otak seseorang sering mengakses pornografi utamanya korelasi seksual sesama jenis maka otak bisa mengikutinya. Sebab sifat otak yang fleksibel ditambah media sosial sebagai pintu masuk primer anak terjangkit LGBT," ungkap Ihshan.
Ihshan menegaskan, pada agama apapun melarang defleksi seksual ini. "Jika ada yang berkata Tuhan membuat orang menjadi LGBT maka tidak mungkin di satu sisi Tuhan juga membangun azab atau eksekusi buat manusia yang melakukan praktek itu," tutur Ihshan.
Ihshan kembali menegaskan, perilaku LGBT bukan bawaan lahir dan dapat disembuhkan. "Asal penderitanya berkonsultasi dan berobat di psikolog yang benar serta (memiliki kesadaran) tak mendukung LGBT," ucapnya.
Baca juga: Hikmah Islam Larang LGBT: Terbukti Bisa Hancurkan Peradaban Manusia(est)