LANGIT7.ID, Yogyakarta - Pengamat Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Mada Sukmajati, menilai perbincangan dan diskursus seputar pemilihan presiden dan wakil presiden 2024 masih terjebak pada isu figur. Seharusnya, diskursus berfokus pada program dan gagasan.
“Narasi Pilpres masih terjebak pada nama, mengasumsikan bahwa setiap nama punya program yang jelas mulia. Belum kelihatan adu gagasan sang nahkoda akan membawa kapal besar Indonesia ke mana lima tahun ke depan,” kata Mada, dikutip laman resmi UGM, Selasa (24/1/2023).
Baca Juga: KIB Belum Tentukan Capres-Cawapres, Golkar: Masih Pemantapan Visi-Misi
Sepanjang diskursus fokus pada figur masih berkembang, politik programtis tidak dapat berkembang. Hal itu cukup memprihatinkan, lantaran belum ada gambaran jelas mengenai Indonesia, setidaknya lima tahun ke depan.
“Menurut saya ini sangat ironis. Mau dibawa ke mana Indonesia ke depan sampai sekarang belum tahu,” ujar Mada.
Hal serupa disampaikan Pakar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UGM, Andi Sandi. Dia mengatakan, sudah saatnya para kandidat didorong lebih fokus menawarkan program kerja lima tahun mendatang. Selain itu, tensi dan polarisasi perlu dikurangi, terutama yang melibatkan politik identitas.
Baca Juga: Rektor Paramadina Kritik Parpol yang Tak Percaya pada Lembaga Survei
“Ini tidak baik bagi kontestasi politik. Ketika memanfaatkan isu SARA ini tidak menyelesaikan masalah,” ujar Andi Sandi.
Dalam proses kampanye, kata dia, ada kecenderungan dari kandidat politik untuk saling menyerang, hal itu menjadi salah satu isu yang perlu menjadi perhatian dalam penyelenggaraan Pemilu 2024.
“Perlu dipahamkan bahwa ketika menonjolkan program tidak perlu mendiskreditkan calon dari partai lain. Efeknya, masyarakat makin terpecah, padahal Indonesia dibangun di atas fondasi persatuan. Menonjolkan diri boleh, tapi tidak dengan menginjak orang lain,” ungkap Andi Sandi.
(jqf)