LANGIT7.ID-, Jakarta- - Mahkamah Konstitusi (MK) akan membacakan putusan sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2024 pada Senin (22/4/2024).
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf berharap, keputusan MK sebagai ketetapan pengadilan didasarkan pada pertimbangan yang absolut dan dapat diterima oleh seluruh pihak, sehingga tidak menimbulkan kontroversi.
"(Keputusan yang diambil) tidak menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang nisbi yang bisa menjadi kontroversi lebih lanjut, itu saja," ujarnya dalam agenda Halal Bihalal di Lobi Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (18/4/2024).
Menurut Gus Yahya, jika pertimbangan-pertimbangan tersebut bersifat nisbi dan bisa diperdebatkan, maka permasalahan justru akan menjadi berkepanjangan.
Baca juga:
osok Ning Umi Laila, Pendakwah Muda yang Dikenal Lucu dan Bersuara MerduKarena itu, ia berharap tidak ada lagi kontroversi yang berkelanjutan terkait putusan sidang sengketa Pilpres 2024 itu.
"Itu yang kami harapkan sebagai masyarakat biasa, karena saya juga bukan ahli hukum. Masyarakat ini juga sudah kangen bisa kerja seperti biasa, sudah tidak ada ribut-ribut lagi," imbuhnya.
Menurut Gus Yahya, masyarakat pada umumnya memiliki harapan setelah ini tidak akan ada lagi kontroversi yang berkelanjutan, sehingga semua kehidupan bisa kembali berjalan normal, serta upaya-upaya untuk kemajuan dan perbaikan bisa terus dilaksanakan secara efektif.
Gus Yahya sempat ditanya mengenai jumlah menteri dari NU yang akan mengisi jabatan sebagai menteri di kabinet pemerintahan berikutnya.
Merespons itu, ia menegaskan bahwa NU bukan faksi politik, melainkan realitas demografis. "NU itu bukan faksi politik tetapi realitas demografis. Jadi misalnya sekarang, jangan tanya ada berapa representasi NU di kabinet, kalau secara demografis penduduk Indonesia ini separuhnya NU," ujarnya.
"Jangan-jangan menterinya NU semua, jangan kaget loh, bukan soal faksi politik, soal demografis saja, itu saya kira. Jadi kalau sekarang ditanya berapa orang? Ya nggak tahu, secara demografis paling nggak separuh lah," ujar Gus Yahya sambil tertawa
(ori)