LANGIT7.ID, Jakarta -
Islamofobia dan rasisme telah merusak sepak bola dari akar rumput sampai tingkat atas. Banyak manajer dan pelatih di Inggris yang berjuang untuk menentang rasisme dan islamofobia di lapangan.
Saki Iqbal, seorang profesional di
National Health Service sekaligus pelatih sepak bola, mengatakan, insiden rasisme membuatnya berjuang melawan tuduhan pelanggaran.
Saat masih aktif merumput, Saki Iqbal pernah mengalami tindakan rasisme. Pemain lawan melontarkan kata-kata ‘paki’ (ujaran rasis di Inggris) kepadanya. Tindakan rasis membuat Saki Iqbal memutuskan keluar dari lapangan hijau sebelum pertandingan selesai.
Baca Juga: Indonesia Kecam Aksi Pembakaran Al-Quran di Swedia
Dia menggambarkan, rasisme masih mengakar di Inggris. Menurut Saki Iqbal, insiden rasis membuat tiang gawang bergeser ditargetkan terhadap orang kulit hitam atau muslim.
"Kami diharapkan menerima saja, dan sayangnya ada aliran pemikiran liberal yang memaafkan rasisme dengan kata-kata hampa 'jangan biarkan rasis menang'. Bagaimana kalau menantang mereka, jadi pemain muda seperti yang saya latih tahu sejak awal bahwa jika mereka dilecehkan, keadilan ada di pihak mereka,” kata Saki Iqbal, melansir
Middle East Eye, Selasa (24/1/2023).
Iqbal juga merujuk pada liputan Piala Dunia Qatar pada 2022 lalu. Perhelatan sepak bola akbar empat tahunan itu mempertontonkan rasisme meluas terhadap budaya non-Barat, terkhusus Islam.
Dia mengaku muak dengan narasi-narasi yang dipertontonkan media-media Barat yang terus mengangkat isu-isu kemanusiaan untuk menjatuhkan Qatar. Tuduhan itu diikuti sentimen terhadap budaya Timur.
Baca Juga: Jerman Sebut Islamofobia Jadi Ancaman Demokrasi
Namun, serangan rasisme itu bisa diatasi Qatar. Saat turnamen berlangsung, penggemar sepak bola dari seluruh dunia mendapati Qatar tak seperti yang digambarkan media Barat.
Saki Iqbal mencontohkan, penggemar sepak bola wanita benar-benar merasa lebih aman di stadion Doha daripada di stadion London. Itu karena larangan minuman beralkohol di stadion.
"Alkohol pendorong utama hooliganisme di seluruh Eropa,” kata Saki Iqbal.
Penelitian oleh
Centre for Media Monitoring yang berbasis di Inggris menemukan, banyak contoh tentang hal ini. Aksi masyarakat Qatar menyambut penggemar sepak bola dari seluruh dunia menggeser paradigma global terhadap muslim.
Baca Juga: Negara-Negara Muslim Jadi Tempat Paling Aman di Dunia
Qatar yang disebut sebagai negara tidak aman terhadap warga asing, rupanya mampu menjadi tuan rumah sangat aman bagi siapapun. Warga dan pemerintah Qatar bahkan menampilkan nilai-nilai Islam untuk menyambut para penggemar sepak bola.
(jqf)