LANGIT7.ID-, Jakarta- - Puasa enam hari di bulan
Syawal memiliki keistimewaan yang sayang untuk dilewatkan. Puasa ini sudah boleh dilakukan mulai 2 Syawal. Puasa Syawal merupakan rangkaian ibadah setelah melaksanakan puasa Ramadhan dan setelah Shalat Id.
Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan, pada hari pertama Syawal setiap muslim bisa bercengkrama dengan sanat keluarga dalam bingkai silaturahmi. Itu merupakan cara merayakan hari kemenangan Idul Fitri.
“Maka di hari kedua hingga akhir bulannya ada sebuah bentangan yang sangat istimewa, yang hanya terpadat pada bulan Syawal,” kata UAH di Adi Hidayat Official, dikutip Senin (24/4/2023).
Dari Abu Ayub Al Anshari, Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR Muslim).
Baca juga:
Keutamaan Sambung Silaturahmi Idul Fitri, Perluas Rezeki dan Dicintai OrangSetidaknya, terdapat tiga hal penting dari hadits tersebut. pertama, Rasulullah SAW mengapresiasi umat Islam yang menyempurnakan amalan puasa Ramadhan dengan puasa enam hari Syawal. Nilai pahala puasa tersebut setara satu tahun puasa.
Perhitungan bisa ditemukan dala Surah Al-An’am ayat 160,
“Barangsiapa berbuat kebaikan akan mendapat balasan 10 kali lipat amalannya.”Puasa Ramadhan selama sebulan dikalikan 10 bernilai 10 bulan. Kemudian, 30 hari dikalikan 10 hari sama dengan 300 hari. Lalu, ditambah 6 hari puasa Syawal dikalikan 10 menjadi 60 hari. Artinya, 300 hari ditambah 60 hari sama dengan 360 hari (1 tahun).
Kedua, teknis pelaksanaan puasa Syawal bisa dilakukan dengan dua cara, yakni dikerjakan secara berurutan dan bisa berselang. Waktu pelaksanaan boleh dikerjakan hari kedua Syawal sampai akhir Syawal.
Ketiga, jika seseorang memiliki qadha atau utang puasa Ramadhan, UAH menganjurkan untuk mendahulukan qadha Ramadhan. Menurut dia, qadha puasa Ramadhan bersifat wajib, sementara puasa Syawal adalah sunnah.
“Memang benar qadha puasa ini masih bisa dikerjakan hingga Sya’ban tahun depan, namun kita tahun kapan ajal datang? Daripada berpulang dengan status berutang, maka lebih baik selesaikan qadha dulu baru mengerjakan puasa sunnah Syawal. Ingat, sebuah kemuliaan dilihat oleh Allah dari niat dan juga kepentingan hati Anda,” ujar UAH.
Keutamaan Puasa SyawalMeski tidak wajib, puasa Syawal memiliki keutamaan yang sangat besar di sisi Allah Ta’ala. Hal ini membuat banyak umat muslim yang ingin melaksanakannya. Berikut adalah beberapa keutamaan dari puasa Syawal yang perlu diketahui:
1. Diganjar Satu Tahun
Puasa Syawal akan menggenapkan ganjaran berpuasa setahun penuh. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Ayub Al Anshari, Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR Muslim)
2. Tutupi Kekurangan Puasa Ramadhan
Puasa Syawal seperti hanya shalat sunnah rawatib yang bisa menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadah puasa Ramadhan. Amalan sunnah seperti puasa Syawal nantinya akan menyempurnakan puasa Ramadhan yang seringkali ada kekurangan di sana-sini.
3. Tanda Puasa Ramadhan Diterima
Ibnu Rajab dalam Kitab Lathaif Al-Ma’arif pernah mengatakan, puasa Syawal merupakan tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan. Para ulama menyebutkan, jika Allah menerima amalan seorang hamba, maka Allah akan memberikan taufik untuk melakukan amalan salih selanjutnya.
Para ulama juga mengatakan, "Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya". Oleh karena itu, jika seseorang melakukan kebaikan dan diikuti dengan kebaikan selanjutnya, maka itu menunjukkan bahwa amalan kebaikan pertama diterima.
“Sedangkan yang melakukan kebaikan lantas setelahnya malah diikutkan dengan kejelakan, maka itu tanda tertolaknya kebaikan tersebut dan tanda tidak diterimanya,” kata Ibnu Rajab.
4. Bentuk Syukur kepada Allah
Nikmat apa yang disyukuri? Nikmat ampunan dosa yang begitu banyak pada bulan suci Ramadhan. Amalan puasa dan shalat malam selama Ramadhan merupakan penyebab ampunan Allah datng, begitu pula dengan amalan menghidupkan lailatul qadar di akhir Ramadhan.
“Tidak ada nikmat yang lebih besar dari anugerah pengampunan dosa dari Allah.” kata Ibnu Rajab dalam Lathaif Al-Ma’arif.
(ori)