Atlet Olimpiade Non Muslim Ini Antusias Ikutan Puasa Ramadhan
esti setiyowatiSelasa, 18 Maret 2025 - 14:12 WIB
Samuel Watson, atlet panjat tebing asal Amerika Serikat. Foto: Instagram/samuelwatson
LANGIT7.ID-, - Atlet panjat tebing Amerika Serikat, Sam Watson baru-baru ini menghadapi tantangan unik, yaitu berpuasa di bulan Ramadhan.
Meskipun seorang non Muslim, Sam Watson mengaku ingin memahami pengalaman umat Muslim di dunia yang berpuasa selama bulan suci Ramadhan.
"Saya ingin melakukannya hanya untuk memahami perspektif 20 persen penduduk dunia yang saat ini berpuasa selama sebulan penuh," ungkapnya kepada Deseret News, dikutip Selasa (18/3/2025).
Dalam mempersiapkan diri, Watson berlatih dan berkonsultasi pada teman-temannya yang beragama Islam. Ia juga mempelajari bagaimana atlet Muslim menyeimbangkan performa mereka dengan puasa.
Ia pun menggunakan pengetahuannya akan nutrisi untuk tetap berenergi selama berpuasa, yaitu dengan cara menambahkan kasein, protein yang lambat dicerna, ke dalam oat semalamannya untuk mendapatkan energi yang berkelanjutan.
Layaknya seorang Muslim, Watson memilih untuk mengonsumsi kurma saat berbuka puasa.
"Kurma biasanya menjadi tradisi karena dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat, tetapi tidak akan membuat Anda kewalahan atau merasa sakit (dibandingkan) jika Anda ... makan seluruh makanan setelah berbuka puasa," jelasnya.
Tak hanya berpuasa, Watson mengikuti kebiasaan umat Islam yang meluangkan lima waktu refleksi atau shalat. Ia mengagumi akan tradisi agama, Kristen, Yahudi, dan Islam, menyisihkan waktu untuk berdoa dan beristirahat.
Ia menggunakan waktu istirahat tersebut untuk merenung, menulis jurnal, dan membaca, termasuk terjemahan Al-Quran dalam bahasa Inggris.
Selama berpuasa, Watson mengaku tantangan terbesar yang dihadapinya adalah tidur. Untuk makan sebelum matahari terbit, ia bangun pukul 5 pagi, lalu mencoba untuk beristirahat beberapa jam lagi.
“Saya selalu memiliki jadwal tidur yang cukup rapuh karena sering bepergian. Saya merasakan perbedaan fisik ketika saya tidak mendapatkan rutinitas tidur yang lengkap,” katanya.
Meskipun puasa memengaruhi tingkat energinya, Watson menemukan manfaat tak terduga. Istirahat dari latihan membuatnya lebih menghargai panjat tebing.
“Ketika saya sampai di pusat kebugaran, saya benar-benar lebih menikmati diri saya sendiri. Itu benar-benar membuat saya merenung dan menyadari bahwa saya menyukai olahraga yang saya lakukan, yaitu panjat tebing, dan saya sangat bersyukur berada di pusat kebugaran,” katanya.
Ia juga menyadari bahwa ia dapat memasuki kondisi flow lebih cepat setelah berbuka puasa.
“Setelah berbuka puasa, saya merasa jauh lebih mudah melakukannya, dan saya tidak tahu persis alasannya. Mungkin karena banyaknya refleksi, atau mungkin karena semacam fenomena fisiologis. Namun, cara itu berhasil, dan itu sangat mengasyikkan bagi saya,” katanya.
Watson yang mendorong orang lain untuk menjelajahi budaya yang berbeda menggambarkan puasa sebagai “pengalaman yang memperkaya.”
“Saya juga berpikir Anda benar-benar menjadi orang yang lebih holistik saat belajar dari banyak sumber berbeda dari seluruh dunia, dan itu tidak pernah semudah ini dilakukan di era internet,” katanya.
Ini bukan kali terakhirnya berpuasa di bulan Ramadan. Tahun depan, Watson berharap dapat menjalankan bulan penuh di negara Muslim.
“Karena aspek komunitas (Ramadhan) begitu kuat,” katanya.
Untuk saat ini, ia fokus pada kompetisi Piala Dunia IFSC tahun ini sembari berupaya memenuhi syarat untuk Olimpiade Los Angeles 2028.