LANGIT7.ID-, Jakarta- - Dewasa ini siapa yang tak kenal dengan ulama kharismatik asal Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (
Gus Baha). Dia dikenal sebagai ahli tafsir yang cerdas, alim, dan santun. Dakwahnya menggunakan bahasa orang awam sehingga mudah diterima berbagai kalangan.
Kakak Kandung Gus Baha, KH Nasirul Mahasin (Gus Mahasin) menceritakan, Gus Baha sudah cerdas sejak masih anak-anak. Keduanya merupakan putra KH Nursalim al-Hafiz dan Nyai Yuchanidz.
Kiai Nursalim dikenal sebagai ulama pakar Al-Qur'an sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an (LP3IA) di Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah. Kiai Nursalim merupakan murid KH Arwani al-Hafidz Kudus dan KH Abdullah Salam al-Hafizh Kajem Pati.
Baca juga:
Gus Baha: Bekerja Ibadah Terbaik Menurut RasulullahGus Mahasin merupakan putra sulung Kiai Nursalim, sedangkan Gus Baha anak ketiga dari sembilan bersaudara.
Gus Mahasin menceritakan, Gus Baha memang sejak kecil sudah terkenal cerdas dan alim. Rahasia kealiman dan kecerdasan itu bukan karena tekun wirid, tapi baktinya kepada orang tua, khususnya ibu.
Gus Baha punya kebiasaan saat masih kecil. Usai shalat Subuh, dia selalu menyempatkan melayani ibunya. Dia memijit sang ibu, membuatkan minuman hangat seperti teh dan kopi.
"ITu dilakukannya setiap hari. Padahal ada ribuan santri, Baha selalu membikinkan sendiri," terang GUs Mahasin dalam sebuah tausiah yang ditayangkan secara daring, dikutip Jumat (19/5/2023).
Selain itu, Gus Baha terkenal sebagai sosok yang sangat hormat dan tawadu kepada saudaranya yang lebih tua. Termasuk terkait semua urusan pondok pesantren Tahfidzul Qur'an.
Gus Baha selau mengajaknya bicara lebih dulu. Sebagai adik, Gus Baha selalu patuh dengan apa yang disampaikan kakaknya. Etika antarsaudara itu tidak lepas dari pesan orang tua.
"Pesan orang tua yang terus kami pegang sampai saat ini adalah hidup rukun dan sederhana," papar Gus Mahasin.
(ori)