LANGIT7.ID-, Jakarta- - Dalam bahasa Arab, kemerdekaan berarti al-istiqlal. Dalam KBBI, kemerdekaan bermakna keadaan berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan sebagainya) atau kebebasan.
Padanan kata bebas dalam bahasa Arab disebut juga al-hurr, dengan bentuk verbalnya kebebasan adalah al-hurriyah. Ibnu 'Asyur dalam kitab Maqasid al-Syari'ah al-Islamiyah memaknai al-hurriyah dengan dua makna.
Pertama, kemerdekaan bermakna lawan kata dari perbudakan. Kedua, makna metaforis dari makna pertama, yakni kemampuan seseorang untuk mengatur dirinya sendiri dan urusannya sesuka hatinya tanpa ada tekanan.
Menurut Ibn Asyur, ada beberapa aspek kemerdekaan dan kebebasan yang dikehendaki syariat Islam. Di antaranya kebebasan untuk berkeyakinan (hurriyah al-'i'tiqad), kebebasan berpendapat dan bersuara (hurriyah al-aqwal). Termasuk di dalamnya kebebasan untuk belajar, mengajar, dan berkarya (hurriyah al-'ilmi wa al-ta'lim wa al'ta'lif), lalu kebebasan bekerja dan berwirausaha (hurriyah al-'amal).
Mengutip laman MUI, Al-Qur'an tidak secara tersurat menyebutkan kata kemerdekaan. Namun, secara tersirat setidaknya ada beberapa ayat yang berbicara tentang kemerdekaan.
Baca juga:
Masjid Syekh Karim al Makhdum Bukti Syiar Islam di FilipinaPertama, makna kemerdekaan pada kisah perjalanan spiritual Nabi Ibrahim AS dalam mencari Tuhan. Hal itu termaktub dalam Surah Al-An'am ayat 76-79. Perjalanan spiritual itu merupakan upaya Nabi Ibrahim untuk membebaskan hidupnya dari keyakinan yang diyakininya keliru, yaitu keyakinan nenek moyangnya menyembah berhala.
Kedua, makna kemerdekaan pada kisah Nabi Musa AS ketika membebaskan bangsa Israil dari penindasan Fir’aun. Ini termaktub dalam Surah al-Baqarah ayat 49, Surah al-A’raf ayat 127, dan Surah Ibrahim ayat 6.
Fir’aun dikenal sebagai raja yang kejam, ditakuti, dan zalim terhadap Bani Israil. Kemudian Nabi Musa diutus Allah SWT untuk menghentikan kekejaman Fir’aun dan membebaskan bangsanya dari penindasan sehingga dapat meraih kemerdekaan.
Ketiga, makna kemerdekaan dari kisah keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam mengemban misi kenabian di muka bumi. Ini termaktub dalam Surah Al-Maidah ayat 3. Nabi Muhammad SAW diutus Allah SWT di tengah-tengah masyarakat Arab Jahiliyyah yang mengalami tiga penjajahan sekaligus yaitu disorientasi hidup (QS Luqman: 13), penindasan ekonomi (QS Al-Humazah: 1-4), dan kezaliman sosial (QS Al-Hujurat: 13).
Pada saat haji wada, Rasulullah SAW juga menyampaikan pesan kemerdekaan dalam khutbahnya, yang berbunyi:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ إِلَى أَنْ تَلْقَوْا رَبَّكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هذَا فِيْ شَهْرِكُمْ هذَا فِيْ بِلَدِكُمْ هذَا …
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya darah dan hartamu haram bagimu satu dengan yang lain kecuali dengan jalan yang sah, sampai kamu sekalian berjumpa dengan Allah, sebagaimana keharaman atasmu pada harimu ini, pada bulanmu ini, dan di negerimu ini…” (HR Bukhari)
Pesan Rasulullah SAW menjadi landasan penguat atas penjabaran Ibnu ‘Asyur terkait kemerdekaan bahwa merdeka adalah bebas dari tekanan pihak lain, sehingga terjamin keamanan dan ketenteraman bagi diri maupun harta.
(ori)