Al-Quran tak bicara kemiskinan dengan angka dan data, tapi dengan gerak dan nilai. Dalam tafsir Quraish Shihab, miskin bukan sekadar kurang hartamelainkan berhenti berusaha dan kehilangan arah moral.
Dalam Al-Quran, Haman bukan sekadar menteri Firaun, tapi simbol abadi politikus oportunis: cerdas, licin, dan rela menukar nurani demi kuasa. Tanpanya, tirani takkan punya wajah dan strategi.
Kisah Qarun bukan sekadar tentang orang kaya yang tamak, tapi tentang manusia yang lupa bahwa harta tanpa amanah adalah ujian. Qarunisme hidup di setiap zaman, saat kekayaan kehilangan nurani.
Untuk pertama kalinya, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melaksanakan kegiatan Pelatihan Pengajar (ToT) Alquran Isyarat. Hal ini merupakan perwujudan komitmen pemerintah untuk memberikan Pendidikan Bermutu untuk Semua.
Al-Quran memberi tolok ukur penguasa: shalat, zakat, amar maruf, nahi munkar. Kekuasaan bukan sekadar jabatan, tapi amanah menjaga hubungan dengan Tuhan, rakyat, dan kebajikan.
Wahyu pertama bukan perintah shalat, tapi Iqra (bacalah). Membaca apa saja: alam, sejarah, diri, zaman. Ilmu lahir dari kerja keras (kasbi) maupun anugerah (ladunni), namun harus selalu bismi rabbik.
Islam menempatkan harta sebagai titipan, bukan milik mutlak. Kekayaan wajib berfungsi sosial, menghindari monopoli, dan menolak transaksi yang merusak keadilan.
Bagi Quraish Shihab, harta adalah khairkebaikan. Tapi daya tariknya bisa menjerumuskan bila tak diatur. Etika Al-Quran hadir untuk menuntun manusia agar uang tak jadi tuan, melainkan alat ibadah.
Nabi tak melarang semua nyanyian. Lagu Anshar di Madinah hingga irama Al-Quran menunjukkan: seni suara adalah anugerah, selama tak membawa pada kemaksiatan.
Dari ibu Musa hingga Khaulah binti Tsalabah, Al-Quran menampilkan perempuan bukan sekadar pelengkap, tapi teladan iman, kecerdikan, dan keberanian moral.
Balqis, ratu bijak dari Saba, memimpin kerajaan makmur dengan musyawarah, diplomasi, dan kecerdasan. Hingga akhirnya, ia berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.
Islam bukan hanya bicara iman, tapi juga demokrasi, dialog, dan kebebasan memilih. Nilai-nilai yang ditegaskan Al-Quran ini justru relevan untuk melawan politik identitas masa kini.
Dari istana khalifah hingga jagat media sosial, hawa nafsu terus menjerat manusia. Al-Quran menegur keras, para ulama mengingatkan, namun nafsu selalu mencari jalannya.