LANGIT7.ID-, Jakarta- - Interaksi sosial di dunia siber bisa berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dampak itu dalam hal akses materi pembelajaran dan literasi digital serta pembentukan identitas dan koneksi sosial.
Akan tetapi, terdapat pula ancaman bagi anak seperti peluang menjadi korban iklan, spam, pelacakan informasi pribadi, terlibat pengunduhan materi ilegal, dan kemungkinan terpapar konten pornografi dan perundungan siber. Oleh karena itu, orang tua memiliki peran sangat penting dalam melakukan pemantauan aktivitas digital anak.
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Annissa Reginasari, melakukan riset tentang pemodelan pemantauan orang tua pada aktivitas digital anak. Riset itu melibatkan 433 orang responden selaku perwakilan orang tua berusia di atas 36 tahun tinggal di Yogyakarta dan Riau.
Baca juga:
Bagaimana Didik Anak dengan Menyenangkan? Pakar Parenting: Mulai dari IbuPenelitian ini menyebutkan, faktor kedekatan memainkan peran penting untuk mendukung penerapan pemantauan orang tua pada aktivitas digital anak. Selain itu, orang tua harus berusaha membangun kedekatan dengan anak.
“Orang tua perlu mengurangi intensitas dan durasi anak menggunakan gawai tersambung internet dan mengalihkan perhatian kepada optimalisasi fungsi pengasuhan,” kata Annisa dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Psikologi UGM, dikutip laman UGM, Selasa (10/10/2023).
Menurut Annisa, kemampuan membangun kedekatan dengan anak akan membantu orang tua untuk mendapatkan informasi sukarela dari anak. Informasi itu mengenai kegiatan anak sehari-hari, termasuk aktivitas anak di dunia digital.
“Secara operasional, orang tua perlu memberikan perhatian penuh pada saat anak bercerita tentang kegiatan daring dan luringnya, mengikuti media sosual yang dibuat anak atau dikelola orang tua dan menjaga agar interaksi daring orang tua dan anak tidak mengancam kedekatan, pembentukan kepercayaan anak pada orang tua,” jelasnya.
Selain itu, orang tua juga perlu untuk mengurangi konflik dengan anak. Itu agar anak bisa membangun kepercayaan yang holistik kepada orang tua dan secara terbuka mau bercerita soal pengalaman daring dan luringnya. Itu karena, anak bisa mempercayai orang tua karena anak merasa aman dan tidak dihakimi atas apapun yang mereka cerita pada orang tua.
“Penting bagi orang tua memberikan penerimaan positif tanpa syarat kepada anak baik dalam konteks membangun kedekatan maupun dalam upaya melaksanakan pemantauan orang tua,” katanya.
Soal kesukarelaan anak bercerita pada orang tua menjadi pertanda orang tua sukses membangun relasi yang berkualitas kepada anak. Hal itu akan membantu orang tua menerapkan pemantauan pada aktivitas digital terutama dengan cara pemantauan dan kesepakatan.
“Anda dapat memilih untuk menceritakan pengalaman daring dan luring saat makan malam bersama dengan orang tua atau saat berkumpul dengan orang tua di hari libur sekolahnya,” ujar Annisa.
(ori)