Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Kamis, 23 Oktober 2025
home masjid detail berita

Menjenguk Orang Sakit Tidak Bergantung pada Apakah si Sakit Mengenali Orang yang Menjenguknya

miftah yusufpati Rabu, 28 Mei 2025 - 17:29 WIB
Menjenguk Orang Sakit Tidak Bergantung pada Apakah si Sakit Mengenali Orang yang Menjenguknya
Menjenguk orang sakit tidak semata-mata bergantung pada apakah si sakit mengenali orang yang menjenguknya, karena menjenguk orang sakit juga dapat menghibur hati keluarganya. Ilustrasi: Ist
LANGIT7.ID-Menjenguk orang sakit bukan semata-mata bertujuan untuk membesarkan hati penderita, tetapi juga merupakan tindakan baik kepada keluarganya. Oleh karena itu, tidak mengapa menjenguk anak kecil yang belum mumayyiz (belum bisa membedakan antara satu hal dengan lainnya) yang sedang sakit, karena hal tersebut dapat menyenangkan hati keluarganya dan menghibur mereka.

"Demikian pula halnya dengan menjenguk orang sakit yang tidak sadarkan diri," tulis Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "Fatwa-fatwa Kontemporer" (Gema Insani Press). "Menjenguknya dapat menyenangkan hati keluarganya dan meringankan beban mental mereka," tambahnya.

Kadang-kadang, setelah si sakit sadar dan diberi kesembuhan oleh Allah, keluarganya dapat menceritakan kepadanya siapa saja yang telah datang menjenguknya saat ia tidak sadar. Informasi tersebut dapat membuatnya merasa senang.

Dalam kitab Shahih al-Bukhari, pada “Bab ‘Iyādatush-Shibyān”, disebutkan hadis dari Usamah bin Zaid r.a., bahwa putri Nabi saw. mengirim utusan kepada beliau — pada saat itu Usamah bersama Nabi saw., Sa’ad, dan Ubai — untuk menyampaikan pesan yang isinya: “Saya kira anak perempuan saya hampir meninggal dunia. Oleh karena itu, hendaklah Ayahanda datang kepada kami.

Baca juga: Keutamaan dan Pahala Menjenguk Orang Sakit Berdasar Hadis Nabi Muhammad SAW

Dalam satu riwayat disebutkan: “Hendaklah Ayahanda datang kepadanya.”

Kemudian beliau mengirim utusan kepada putrinya untuk menyampaikan salam dan pesan yang berbunyi: “Sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang diambil-Nya dan apa yang diberikan-Nya, dan segala sesuatu bergantung pada ajal yang telah ditentukan di sisi-Nya. Karena itu, hendaklah ia rela dan sabar.”

Namun, putrinya kembali mengirim utusan sambil bersumpah agar Rasulullah saw. datang kepadanya. Maka pergilah Nabi saw. bersama kami... Lalu dibawalah anak yang sakit itu ke pangkuan Rasulullah saw. dalam keadaan napas tersengal-sengal. Maka meneteslah air mata beliau. Sa’ad pun bertanya, “Apakah ini, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab: “Ini adalah rahmat yang diletakkan Allah dalam hati hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Dan Allah tidak memberikan rahmat kepada hamba-hamba-Nya kecuali kepada yang penyayang.”

Diriwayatkan pula dalam "Shahih al-Bukhari", pada “Bab ‘Iyādatul-Mughmā ‘Alaih”, dari hadis Jabir bin Abdullah r.a., ia berkata:

“Saya pernah jatuh sakit, lalu Rasulullah saw. menjenguk saya bersama Abu Bakar dengan berjalan kaki. Kemudian beliau berdua mendapati saya dalam keadaan tidak sadar. Maka Nabi saw. berwudu, lalu menuangkan sisa air wudunya kepada saya. Setelah itu saya sadar, dan ternyata beliau adalah Nabi saw. Lalu saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa yang harus saya lakukan terhadap harta saya? Bagaimana saya harus memperlakukannya?’ Namun beliau tidak menjawab sedikit pun hingga turun ayat tentang waris.”

Baca juga: Hukum Wajib Menjenguk Orang Sakit: Pengobatan Tidak Seluruhnya Bersifat Materiil

Ibnul Munir berkata: “Faedah penamaan bab ini adalah agar tidak dipahami bahwa menjenguk orang yang tidak sadar itu gugur (tidak perlu dilakukan) karena yang bersangkutan tidak mengetahui siapa yang menjenguknya.”

Al-Hafizh berkata: “Disyariatkannya menjenguk orang sakit tidak semata-mata bergantung pada apakah si sakit mengenali orang yang menjenguknya, karena menjenguk orang sakit juga dapat menghibur hati keluarganya. Selain itu, diharapkan pula adanya berkah dari doa orang yang menjenguk, usapan dan belaian tangannya ke tubuh si sakit, tiupan doanya ketika memohon perlindungan, dan sebagainya.”

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Kamis 23 Oktober 2025
Imsak
04:02
Shubuh
04:12
Dhuhur
11:41
Ashar
14:51
Maghrib
17:49
Isya
18:59
Lihat Selengkapnya
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan