Dalam wacana hukum musik dan nyanyian, para ulama bertolak dari satu kaidah dasar: segala sesuatu asalnya boleh. Namun bagaimana kaidah itu bekerja ketika tafsir nash bersilangan dan sensitivitas moral berubah sepanjang zaman?
Dalam pandangan Islam, musik bukan sekadar hiburan. Ia adalah cermin rasa keindahan yang diakui Al-Quran. Namun, batas antara estetika dan etika menjadi perdebatan panjang dari zaman klasik hingga modern.
Hadis Nabi SAW menegaskan: Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Islam bukan menolak keindahan, tapi menempatkannya sebagai cermin imanselaras antara lahir, batin, dan kebenaran.
Al-Quran adalah mukjizat yang indah dan abadi. Ia memikat akal dan jiwa lewat bahasa, suara, dan maknanya. Tiap ayatnya bukan sekadar bacaan, tapi keindahan ilahi yang menghidupkan hati manusia.
Iman bukan hanya urusan akidah dan ibadah. Orang beriman, juga harus memiliki rasa keindahan terhadap alamkarena keindahan adalah pantulan dari nama Allah yang Maha Indah.
Di tengah tarik-menarik antara ketat dan longgar, Yusuf al-Qardhawi mengingatkan: Islam bukan agama kemuraman, tapi keseimbanganantara sujud dan senyum, antara makna dan kebebasan yang beretika.
Al-Quran tidak hanya bicara soal fungsi dan manfaat, tetapi juga keindahan. Dalam pandangan Yusuf Qardhawi, keindahan adalah bagian dari imantanda manusia mengenali jejak estetika Sang Pencipta.
Dalam percaturan ekonomi global yang dikuasai kapitalisme dan sosialisme, Islam menawarkan sistem yang lebih tua namun tetap relevan: keseimbangan antara kebebasan individu dan keadilan sosial, antara kepemilikan pribadi dan amanah publik.
Di tengah ekonomi global yang terjebak antara kerakusan pasar dan kendali negara, Islam hadir dengan sistem yang tak hanya mengatur harta, tapi juga hati.
Islam mengakui adanya perbedaan rezeki, tapi menolak kesenjangan yang menindas. Keadilan sosial bukan menghapus perbedaan, melainkan menjaga keseimbangan agar hidup tetap tegak dan bermakna.
Wakaf bukan sekadar amal ibadah, melainkan sistem sosial yang menopang peradaban Islam selama berabad-abadmewujudkan solidaritas, keadilan, dan keberlanjutan ekonomi berbasis kasih sayang sosial.
Di balik angka-angka APBN, Yusuf Qardhawi mengingatkan: kesederhanaan bukan hanya akhlak pribadi, tapi etika bernegara. Pemimpin sejati menahan diri, sebab uang publik bukan hak, melainkan amanah.
Di tengah wacana jaminan sosial yang sering jadi alat politik, Yusuf Qardhawi mengingatkan: menolong kaum lemah bukan kemurahan hati negara, tapi kewajiban iman dan hukuminti dari takaful ijtimai.