langit7-Jakarta,- - Guru madrasah di era Artificial Intelligence (AI) menghadapu tantangan kompetensi digital dan daya kritis siswa. Karenanya, di era AI para guru madrasah harus meningkatkan kompetensi digital agar tidak kalah dengan anak didiknya.
"Kepala madrasah, guru, dan pengawas madrasah agar terus meningkatkan kompetensi digital di era AI yang terus berkembang. Jangan pernah merasa puas dengan ilmu yang dimiliki, tetapi teruslah meng-upgrade diri agar tidak ketinggalan dengan kemampuan siswanya," tegas Direktur GTK Madrasah, Thobib Al Asyhar.
Dosen Psikologi Sufistik pada Kajian Timteng dan Islam SGSK Universitas Indonesia ini. mengingatkan, siswa masa kini sangat kritis.
Jika mereka bertanya, bukan berarti karena mereka tidak tahu. Kadang, pertanyaan disampaikan unruk menguji kemampuan gurunya.
"Guru harus sadar di era teknologi seperti ini. Jika ada anak didik bertanya kepada guru, bukan berarti anak itu tidak tahu, tetapi bisa jadi menguji kemampuan gurunya. Sejauhmana gurunya memiliki kualitas. Kalau kita menjawab tanpa ilmu, bisa celaka kan? Karena anak didik kita yang nota bene generasi Z atau alpha sangat akrab dengan dunia digital," ujarnya.
"Jangan pernah berhenti untuk terus berproses menjadi guru pembelajar. Jangan berhenti untuk terus belajar. Jika guru berhenti untuk berproses maju, maka pendidikan madrasah takan stagnan dan terus ketinggalan,' sambungnya.
Thobib juga mengajak kepada guru dan tendik madrasah agar menjaga kekhasan madrasah sebagai kawah candradimuka SDM yang mengajarkan ilmu pengetahuan, pembentukan karakter, dan Islamic values.
"Kepada guru madrasah, tolong jaga kekhasan madrasah dengan baik. Jangan jadikan madrasah seperti sekolah. Biarkan sekolah berkembang sesuai wataknya. Tetapi madrasah harus menjaga keunikan sebagai tempat penggemblengan SDM yang berilmu secara integratif, memiliki skill yang unik, dan berakhlak mulia seperti spirit berdirinya madrasah yang tumbuh dari nilai-nilai kemasjidan dan pondok pesantren", pesannya.
(ori)