LANGIT7.ID-, Jakarta- - Rupiah mencatatkan penguatan signifikan pada perdagangan sore ini, Rabu (11/9/2024). Mata uang Garuda berhasil menguat 53 poin ke level Rp15.402 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di Rp15.455 per dolar AS. Penguatan ini bahkan sempat menyentuh 60 poin di sesi perdagangan sebelumnya.
"Penguatan rupiah ini terjadi di tengah melemahnya indeks dolar AS menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat. Pasar saat ini berada dalam kondisi waspada menanti pembacaan indeks harga konsumen (CPI) AS yang akan dirilis hari ini. Data tersebut diperkirakan akan menunjukkan sedikit penurunan inflasi pada bulan Agustus," ujar Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, dalam keterangan resmi, Rabu (11/9/2024).
Data CPI AS yang akan dirilis hanya seminggu sebelum pertemuan Federal Reserve juga menjadi perhatian utama. Bank sentral AS diperkirakan akan memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin. Namun, menurunnya ekspektasi untuk pemotongan 50 bps telah mengguncang pasar saham minggu lalu, di tengah beberapa tanda ketahanan dalam ekonomi AS.
Di pasar global, hubungan AS-Tiongkok kembali menjadi sorotan setelah DPR AS hampir bulat mendukung RUU yang berencana membatasi bisnis dengan perusahaan bioteknologi Tiongkok. Beijing mengkritik keras RUU tersebut, yang masih harus disahkan Senat. Perkembangan ini berpotensi menjadi hambatan baru bagi hubungan kedua negara yang sudah tegang akibat pengenaan tarif perdagangan baru-baru ini.
Selain itu, debat sengit antara Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump menimbulkan kekhawatiran baru terkait pemilihan presiden AS 2024. Dengan waktu kurang dari dua bulan menjelang pemungutan suara, ketidakpastian politik ini turut mempengaruhi sentimen pasar global.
Sementara itu, dari sisi internal, wacana pembatasan pembelian BBM bersubsidi yang sempat mencuat membuat masyarakat gusar. Pembatasan BBM bersubsidi yang akan diterapkan per 1 Oktober 2024 dibantah oleh Kepala Kantor Komunikasi Presiden (Presidential Communication Office/PCO) yang memastikan pemerintah masih dalam tahap kajian terkait dengan pembatasan pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Meskipun telah dibantah, isu ini menyoroti tantangan yang dihadapi pemerintahan Joko Widodo dalam menyeimbangkan kebijakan subsidi dan kondisi ekonomi kelas menengah yang terus menurun. Pemerintah saat ini masih membahas aturan terkait kriteria pengguna yang berhak membeli kedua jenis BBM tersebut.
Untuk perdagangan besok, diprediksi mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup menguat di rentang Rp15.340 - Rp15.450 per dolar AS.
(lam)