LANGIT7.ID-, Jakarta- - Dalam sebuah kajian yang mencerahkan, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha, mengungkap fenomena menarik tentang hubungan antara kedermawanan dan kebahagiaan. Beliau menyoroti bagaimana pola pikir seseorang dapat mempengaruhi sikap terhadap harta dan membentuk karakter dermawan atau pelit.
"Kebahagiaan sejati tidak terletak pada berapa banyak harta yang kita miliki, tetapi pada seberapa besar manfaat yang bisa kita berikan kepada orang lain," ujar Gus Baha dalam sebuah ceramah di media sosial, dikutip Rabu (18/9/2024).
Gus Baha menjelaskan bahwa orang-orang yang cenderung pelit seringkali terjebak dalam ilusi bahwa hidup ini panjang dan uang adalah segalanya. "Mereka lupa bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah. Ketakutan akan kekurangan di masa depan justru membuat mereka kehilangan kesempatan untuk berbagi dan merasakan kebahagiaan sejati," tambahnya.
Menariknya, Gus Baha mengaitkan kedermawanan dengan konsep kehormatan diri dalam Islam. "Menjaga kehormatan diri bukan hanya tentang menghindari perbuatan tercela, tetapi juga tentang bagaimana kita memperlakukan harta yang diamanahkan kepada kita," jelasnya.
Beliau mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Khathib, "Lindungilah kehormatan kalian dengan harta benda kalian." Gus Baha menafsirkan hadits ini sebagai anjuran untuk menggunakan harta sebagai sarana berbagi dan membantu sesama, bukan untuk ditimbun.
Lebih lanjut, Gus Baha menekankan bahwa kedermawanan bukan hanya tentang jumlah yang diberikan, tetapi lebih pada niat dan keikhlasan. "Seseorang yang memberikan sedikit dengan hati yang tulus lebih baik daripada yang memberi banyak namun dengan pamrih," ucapnya.
Dalam kajiannya, Gus Baha juga membahas tentang godaan setan yang sering membisikkan ketakutan akan kemiskinan jika terlalu banyak berderma. "Allah SWT sudah menjanjikan ampunan dan karunia bagi mereka yang dermawan. Jangan biarkan bisikan setan menghalangi kita untuk berbuat baik," tegasnya.
Gus Baha mengajak umat Islam untuk mengubah paradigma tentang harta dan kehidupan. "Jika kita percaya bahwa rezeki sudah diatur Allah, maka kita akan lebih mudah berbagi. Keikhlasan dalam berbagi justru membuka pintu rezeki yang tak terduga," jelasnya.
Dia juga menekankan bahwa kedermawanan bukan hanya tentang materi. "Berbagi pengetahuan, waktu, atau bahkan senyuman juga bentuk kedermawanan yang tak kalah berharga," tambahnya.
Kajian Gus Baha ini memberikan perspektif baru tentang makna kekayaan yang sesungguhnya. Bukan seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa besar manfaat yang bisa kita berikan kepada sesama.
(lam)