LANGIT7.ID-, Jakarta- - Israel mengumumkan pada Kamis bahwa mereka akan mengirim tim negosiator ke Qatar akhir pekan ini untuk pembicaraan yang bertujuan mencapai kesepakatan damai di Gaza, di tengah meningkatnya jumlah korban jiwa akibat operasi militer Israel di wilayah utara Palestina.
Kepala badan intelijen Mossad Israel, David Barnea, akan berangkat ke ibu kota Qatar, Doha, pada hari Minggu, menurut pernyataan kantor Perdana Menteri Israel. Di sana ia akan menghadiri pembicaraan dengan pejabat AS dan Qatar.
Pembicaraan gencatan senjata yang sempat terhenti ini kembali dilanjutkan saat Israel mendapat tekanan untuk mengakhiri perangnya melawan Hamas yang didukung Iran di Gaza dan Hizbullah di Lebanon.
Dalam pertemuan dengan pemimpin Qatar di Doha pada hari Kamis, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa mediator akan mengeksplorasi opsi-opsi baru setelah upaya sebelumnya untuk mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera gagal.
"Kami membahas berbagai opsi untuk memanfaatkan momentum ini dan langkah-langkah selanjutnya," kata Blinken kepada wartawan. AS dan Qatar berupaya mencari rencana "agar Israel dapat mundur, Hamas tidak bisa bangkit kembali, dan rakyat Palestina dapat membangun kembali kehidupan serta masa depan mereka."
Qatar menyatakan tim AS dan Israel akan terbang ke Doha. Perdana Menteri Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim al-Thani menambahkan bahwa mediator Qatar telah "kembali berhubungan" dengan Hamas sejak militer Israel membunuh pemimpin kelompok tersebut, Yahya Sinwar.
Tidak ada informasi mengenai keikutsertaan Hamas dalam pertemuan yang direncanakan di Doha tersebut.
Pejabat Israel dan AS serta beberapa analis mengatakan Sinwar, yang tewas pekan lalu di Gaza, telah menjadi penghalang utama kesepakatan pembebasan 97 sandera yang masih ditahan militan di Gaza, dimana 34 orang diantaranya dinyatakan tewas oleh militer Israel.
Setelah pengumuman pembicaraan baru ini, kelompok Israel yang mewakili keluarga sandera mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Hamas untuk mencapai kesepakatan pembebasan sandera yang tersisa.
"Waktu semakin menipis," kata Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang.
Setelah hampir setahun perang di Gaza yang dipicu serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel memperluas fokusnya ke Lebanon sebulan lalu, bersumpah untuk mengamankan perbatasan utaranya dari serangan Hizbullah.
Sementara itu Israel terus menekan Hamas, meluncurkan operasi awal bulan ini di Gaza utara dimana puluhan ribu warga sipil terjebak.
"Lebih dari 770 orang tewas" di wilayah utara dalam 19 hari sejak operasi dimulai, kata juru bicara pertahanan sipil Gaza Mahmoud Bassal, menambahkan bahwa jumlah korban bisa bertambah karena masih ada yang terkubur di bawah puing-puing.
Ia juga mengatakan serangan terhadap sekolah yang dijadikan tempat pengungsian di Gaza tengah menewaskan 17 orang pada hari Kamis, sementara militer Israel menyatakan mereka menargetkan militan Hamas saat menyerang lokasi tersebut.
Seorang wanita Palestina, Umm Muhammad, bercerita kepada media bahwa dia sedang duduk di ruang kelas ketika serangan terjadi.
"Saya memeluk anak perempuan saya dan tidak bisa melihat apa-apa karena kepulan asap tebal," katanya. "Saya berlari dan berteriak memanggil saudara perempuan saya dan menemukannya masih hidup di lantai bawah, tapi ada beberapa anak yang tubuhnya tercabik-cabik."
Badan pertahanan sipil juga mengatakan mereka tidak dapat lagi memberikan layanan pertolongan pertama di utara, menuduh pasukan Israel mengancam akan "membom dan membunuh" tim mereka.
Militer Israel menyatakan tujuan serangannya adalah untuk menghancurkan kemampuan operasional Hamas yang berusaha dibangun kembali di utara.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang berbasis di Tepi Barat yang diduduki, menuduh Israel berusaha "mengosongkan" Gaza utara dari penduduk dan "membuat penduduk kelaparan."
Selama kunjungannya ke wilayah tersebut, Blinken mengakui adanya "kemajuan" dalam bantuan untuk Gaza tetapi mengatakan lebih banyak yang perlu dilakukan, sambil menjanjikan bantuan tambahan sebesar $135 juta untuk rakyat Palestina.
Perang Gaza dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel, yang mengakibatkan 1.200 orang tewas, sebagian besar warga sipil, menurut data Israel.
Serangan balasan Israel telah menewaskan 42.847 orang di Gaza, mayoritas warga sipil, menurut angka dari kementerian kesehatan wilayah tersebut yang dianggap dapat dipercaya oleh PBB.
Perang di Lebanon meletus bulan lalu, hampir setahun setelah Hizbullah mulai melakukan tembakan lintas batas berintensitas rendah ke Israel untuk mendukung sekutunya Hamas.
Sedikitnya 1.580 orang tewas di Lebanon sejak 23 September, menurut perhitungan kementerian kesehatan Lebanon, meskipun jumlah sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.
Di Lebanon, Israel melakukan setidaknya 17 serangan udara semalam yang meratakan enam gedung, menurut Kantor Berita Nasional (NNA) Lebanon, mengirimkan bola api besar yang diselimuti menara asap membubung ke langit malam.
Pada hari Kamis, NNA melaporkan tembakan artileri di beberapa desa perbatasan serta "serangkaian serangan udara" di dekat kota selatan Bint Jbeil.
Militer Israel mengatakan mereka menyerang fasilitas produksi senjata Hizbullah di basis kelompok tersebut di Beirut selatan.
Di Lebanon selatan, yang juga merupakan basis Hizbullah, kelompok tersebut mengatakan militan mereka sedang bertempur jarak dekat dengan pasukan Israel di sebuah desa perbatasan.
Hizbullah sebelumnya mengatakan mereka meluncurkan "serangan roket besar" ke kota Safed di Israel utara, setelah bersumpah akan terus menembak ke Israel sampai gencatan senjata tercapai tidak hanya di Lebanon tetapi juga di Gaza.
Dalam konferensi di Paris pada hari Kamis, $800 juta berhasil dikumpulkan untuk bantuan kemanusiaan di Lebanon, menurut pemerintah Prancis.
Menghadiri konferensi tersebut, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mendesak "masyarakat internasional untuk bersatu dan mendukung upaya... untuk melaksanakan gencatan senjata segera."
Imran Riza, koordinator kemanusiaan PBB untuk Lebanon, memperingatkan bahwa "Lebanon berisiko jatuh ke jurang kemanusiaan."
"Serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan," katanya, mengecam "serangan tanpa henti terhadap petugas kesehatan dan petugas pertolongan pertama."
(lam)