LANGIT7.ID-, Jakarta- - Ketegangan antara Israel dan UNRWA (United Nations Relief and Works Agency) kembali memanas setelah kantor badan bantuan PBB di kamp pengungsi Nur Shams, Tepi Barat mengalami kerusakan serius pada Kamis (1/11/2024). Insiden ini terjadi hanya beberapa hari setelah Israel secara resmi melarang UNRWA beroperasi di wilayahnya.
Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini mengungkapkan kekecewaannya melalui platform media sosial X bahwa kantor mereka mengalami kerusakan parah akibat buldoser Israel dan kini tidak dapat digunakan.
Baca juga:
Untuk informasi terbaru mengenai konflik di timur tengah, kunjungi halaman ini."Kerusakan yang dialami kantor UNRWA di Nur Shams sangat parah hingga tidak bisa dioperasikan lagi," (Philippe Lazzarini, Kepala UNRWA).
Namun, pihak militer Israel dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Mereka berargumen bahwa kerusakan kantor UNRWA disebabkan oleh ledakan yang berasal dari bahan peledak yang dipasang teroris di sekitar gedung.
"Klaim bahwa tentara IDF menghancurkan kantor UNRWA di Nur Shams adalah tidak benar. Para teroris memasang bahan peledak di dekat kantor UNRWA yang kemudian diledakkan untuk mencoba melukai tentara IDF. Bahan peledak itulah yang kemungkinan menyebabkan kerusakan pada struktur bangunan," (Pernyataan Militer Israel).
Situasi ini semakin pelik setelah parlemen Israel mengesahkan undang-undang yang melarang UNRWA beroperasi di wilayahnya pada Senin (29/10/2024). Para pembuat undang-undang mengaitkan keputusan ini dengan dugaan keterlibatan beberapa staf UNRWA dalam serangan 7 Oktober 2023 dan keanggotaan mereka dalam Hamas serta kelompok bersenjata lainnya.
Menanggapi hal tersebut, Lazzarini menyebut keputusan ini sebagai "preseden berbahaya" yang bertentangan dengan piagam PBB dan melanggar kewajiban Israel di bawah hukum internasional. Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menekankan bahwa pekerja UNRWA yang "terlibat dalam aktivitas teroris" harus dimintai pertanggungjawaban.
(lam)