LANGIT7.ID-Jakarta; Menteri Pertahanan Australia Richard Marles dengan tegas membantah tuduhan dari PM Israel Benjamin Netanyahu. Sebelumnya, Netanyahu mengatakan dukungan Australia untuk pembentukan negara Palestina dalam voting PBB akan memicu terorisme dan antisemitisme. Meski begitu, Marles menegaskan Australia tetap menjadi teman baik Israel.
Keputusan ini menuai kritik dari kubu oposisi. Mereka menuduh pemerintahan Partai Buruh mengubah kebijakan luar negeri hanya untuk mendapat dukungan pemilih di Sydney Barat. Scott Morrison, mantan PM dari Partai Liberal, bahkan menyebut keputusan ini memalukan dan mengkhianati kebebasan.
Baca juga: Isu Palestina Bikin Gelisah, Bintang Fenerbahce Amrabat: Saya Berdoa Tiap Hari, Terutama untuk Anak-anak
PM Anthony Albanese membela keputusan ini. Menurutnya, sikap Australia sejalan dengan banyak negara sekutu dekat dan tidak berbeda dengan kebijakan pemerintahan Howard sebelumnya.
"Ada 157 negara yang mendukung resolusi ini, termasuk negara-negara Five Eyes seperti Inggris, Kanada, dan Selandia Baru. Ini sama persis dengan sikap yang diambil pemerintahan Howard dulu," jelas Albanese pada Jumat.
Pekan ini Australia bergabung dengan 156 negara lain di PBB. Mereka menuntut Israel segera mengakhiri pendudukan di wilayah Palestina. Resolusi yang menang telak dengan 157 lawan 8 suara ini juga menolak upaya Israel mengubah demografi atau wilayah Gaza.
Australia bersama negara-negara besar seperti Inggris, Kanada, Jepang, Prancis dan Jerman mendukung resolusi 'Penyelesaian Damai untuk Palestina'. Hanya delapan negara yang menolak, termasuk Argentina, Israel dan Amerika Serikat.
Di tengah ketegangan ini, Albanese juga mengecam penyerangan sinagoga di Melbourne. "Kekerasan dan perusakan tempat ibadah ini sangat keterlaluan," tegasnya.
Baca juga: Bukti Genosida Israel di Gaza, 14 Negara Bersuara di Pengadilan Dunia
Seperti dilaporkan koran The Australian, kantor Netanyahu mengkritik keras keputusan Australia. Ini pertama kalinya dalam 20 tahun lebih Australia kembali mendukung resolusi serupa.
"Perubahan sikap Australia sangat mengecewakan," kata kantor Netanyahu. "Mendukung kelompok antisemit dan teroris dengan memberikan mereka negara di tanah leluhur Yahudi hanya akan memicu lebih banyak terorisme dan kerusuhan antisemit di kampus dan kota-kota, termasuk di Australia. Sangat disayangkan pemerintah Australia sekarang malah ingin memberi hadiah negara kepada para perusuh ini."
Netanyahu menambahkan, "Untungnya sekutu-sekutu utama kami masih mendukung perjuangan Israel untuk perdamaian dan keamanan sejati." The Australian melihat pernyataan ini sebagai sinyal Israel mungkin tidak lagi menganggap Australia sebagai sekutu penting.
Saat ditanya soal tuduhan Netanyahu bahwa dukungan Australia akan memicu antisemitisme, Marles menolak keras.
"Saya sama sekali tidak setuju. Di PBB kami tetap mendukung Israel sambil mendorong solusi dua negara. Ini sudah kami lakukan sejak lama, sama seperti negara-negara sahabat lainnya," jelasnya di Radio National.
Baca juga: Situasi Memanas, Liga Arab Tunda Pertemuan Darurat Bahas Krisis Suriah-Palestina
Peter Dutton, pemimpin oposisi, pada Kamis menuduh Partai Buruh mengabaikan Israel saat mereka butuh dukungan. Dalam jumpa pers Jumat, dia menuntut Albanese menjelaskan perubahan sikap Australia.
"Ini bertentangan dengan janji PM kepada komunitas Yahudi Australia sebelum pemilu terakhir. Dia bilang akan mengambil sikap yang sama dengan pemerintah sebelumnya. Menurut saya ini membuat negara kita jadi kurang aman."
Di media sosial X, Morrison menuding Partai Buruh telah merusak kesepakatan dua partai soal Israel dan tertipu oleh antisemitisme yang berpura-pura progresif.
Marles membantah pemerintah berubah sikap dan menegaskan Australia tetap sahabat dekat Israel.
"Ada banyak resolusi PBB tentang Israel dan Palestina. Dalam setiap voting, kami berusaha menunjukkan dukungan untuk Israel sekaligus mendorong solusi dua negara yang artinya pembentukan negara Palestina," jelasnya di Radio National.
(lam)