Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 21 Maret 2025
home masjid detail berita

Konflik Yahudi dan Muslim Madinah: Ketika Pelecehan Muslimah Berujung Pengusiran

miftah yusufpati Selasa, 28 Januari 2025 - 05:15 WIB
Konflik Yahudi dan Muslim Madinah: Ketika Pelecehan Muslimah Berujung Pengusiran
Sesudah bermusyawarah dengan pemuka-pemuka Muslimin, Nabi Muhammad menetapkan akan membunuh mereka itu semua. Ilustrasi: AI
LANGIT7.ID | Sebelum meletus Perang Badar orang-orang Yahudi di Madinah kerap membuat ulah. Mereka mengejek Rasulullah SAW dan umat Islam. Tak jarang kaum Muslimah menderita pelecehan.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" menceritakan suatu ketika ada seorang perempuan Arab datang ke pasar Yahudi Banu Qainuqa' dengan membawa perhiasan. Ia sedang duduk menghadapi tukang emas. Mereka berusaha supaya ia memperlihatkan mukanya. Tapi wanita itu menolak.

Tiba-tiba datang seorang Yahudi dengan diam-diam dari belakang. Disematkannya ujung baju wanita itu dengan sebatang penyemat ke punggungnya, dan bila wanita itu berdiri, maka tampaklah auratnya.

Mereka ramai-ramai menertawakannya. Wanita itu menjerit-jerit. Waktu itu juga seorang laki-laki Muslim langsung menerkam tukang emas tersebut. Terjadilah perkelahian yang menewaskan seorang Yahudi. Selanjutnya, orang-orang Yahudi yang lain datang ramai-ramai menangkap dan mengikat laki-laki Muslim itu lalu mereka bunuh juga.

Saat itu keluarga Muslim ini minta bantuan kaum Muslimin dalam menghadapi pihak Yahudi, yang selanjutnya sampai timbul bencana besar antara mereka dengan pihak Yahudi Banu Qainuqa'.

Baca juga: Konflik Politik Islam dengan Yahudi di Madinah: Rencana Membunuh Nabi Muhammad SAW
Kemudian Nabi Muhammad minta kepada mereka ini supaya jangan lagi mengganggu kaum Muslimin dan supaya tetap memelihara perjanjian perdamaian dan ko-eksistensi yang sudah ada. Kalau tidak mereka akan mengalami nasib seperti Quraisy. Akan tetapi peringatan ini oleh mereka diremehkan. Malah mereka menjawab:

"Muhammad, jangan kau tertipu karena kau sudah berhadapan dengan suatu golongan yang tidak punya pengetahuan berperang sehingga engkau mendapat kesempatan mengalahkan mereka. Tetapi kalau sudah kami yang memerangi kau, niscaya akan kau ketahui, bahwa kami inilah orangnya."

Jika sudah begitu, maka tak ada jalan lain kecuali harus memerangi mereka juga. Kalau tidak, kaum Muslimin dan kedudukan mereka di Madinah akan runtuh, dan selanjutnya akan menjadi bahan cerita pihak Quraisy, sesudah pihak Quraisy sebelum itu menjadi bahan cerita orang-orang Arab.

Kaum Muslimin saat itu bertindak dan mengepung orang-orang Yahudi Banu Qainuqa' berturut-turut selama 15 hari di tempat mereka sendiri. Tak ada orang yang dapat keluar dari mereka itu, juga tak ada orang yang dapat masuk membawakan makanan.

Tak ada jalan lain lagi mereka harus tunduk kepada undang-undang Nabi Muhammad, menyerah kepada ketentuannya. Lalu mereka menyerah. Sesudah bermusyawarah dengan pemuka-pemuka Muslimin, Nabi Muhammad menetapkan akan membunuh mereka itu semua.

Akan tetapi lalu datang Abdullah bin Ubay bin Salul - orang yang bersekutu baik dengan Yahudi maupun dengan Muslimin.

"Muhammad," katanya. "Hendaklah berlaku baik terhadap pengikut-pengikutku."

Nabi tidak segera menjawab. Lalu diulangnya lagi permintaannya. Tetapi Nabi menolak. Orang itu memasukkan tangannya ke saku baju besi Nabi Muhammad. Nabi Muhammad berubah air mukanya.

Lalu kata Nabi: "Lepaskan!" Beliau marah. Kemarahannya itu tampak terbayang di wajahnya. Kemudian diulanginya lagi dengan nada suara yang masih membayangkan kemarahan. "Lepaskan! Celaka kau!"

"Tidak akan kulepaskan sebelum kau bersikap baik terhadap pengikut-pengikutku. Empat ratus orang tanpa baju besi dan tiga ratus orang dengan baju besi telah merintangi aku melakukan perang habis-habisan, dan kau babat mereka dalam satu hari! Sungguh aku khawatir akan timbul bencana."

Baca juga: Haid dalam Islam: Bikin Orang-Orang Yahudi Shock
Sampai pada waktu itu Abdullah bin Ubay adalah orang yang masih mempunyai kekuasaan atas orang-orang musyrik dari kalangan Aus dan Khazraj, meskipun kekuasaan ini, dengan adanya kekuatan kaum Muslimin telah menjadi lemah.

Melihat desakan orang itu yang demikian rupa, Nabi kembali menjadi tenang. Apalagi setelah 'Ubada bin'sh-Shamit datang kepadanya bicara seperti pembicaraan Ibn Ubayy.

Ketika itu ia berpendapat akan memberikan belas kasihannya kepada Abdullah bin Ubayy, dan kepada orang-orang musyrik pengikut-pengikut Yahudi supaya dengan budi kebaikannya dan rasa kasihannya itu mereka akan merasa berhutang budi kepadanya. Akan tetapi, sebagai akibat perbuatan mereka sendiri Banu Qainuqa' harus mengosongkan kota Medinah.

Abdullah bin Ubay ingin bicara sekali lagi dengan Nabi Muhammad mengenai keadaan mereka yang masih ingin menetap di sana itu. Akan tetapi salah seorang dari kalangan Islam berhasil mencegah adanya pertemuan Ibn Ubay dengan Nabi Muhammad.

Mereka lalu bertengkar sehingga kepala Abdullah kena pukul. Ketika itu Banu Qainuqa' berkata: "Kami bersumpah tidak lagi akan tinggal di kota ini sesudah kepala Ibn Ubay dipukul sedang kami tidak dapat membelanya."

Dengan demikian, setelah mereka tunduk dan menyerah hendak meninggalkan Madinah, 'Ubada membawa mereka itu ke Wadi'l-Qura dengan meninggalkan perlengkapan senjata dan alat-alat tukang emas yang mereka pergunakan.

Di tempat ini lama mereka tinggal, dan dari sini barang-barang mereka semua mereka bawa. Mereka menuju ke arah utara sampai di Adhri'at di perbatasan Syam.

Baca juga: Kisah Kemarahan Abu Bakar saat Pendeta Yahudi Mengolok-olok Firman Allah Taala
Di tempat inilah mereka menetap. Atau mungkin juga mereka tertarik ingin ke sebelah utara lagi ke Tanah yang Dijanjikan (Palestina) yang selalu menjadi idaman orang-orang Yahudi.

Melemah

Kekuasaan orang-orang Yahudi di Madinah menjadi lemah sekali setelah Banu Qainuqa' meninggalkan kota ini. Sebahagian besar orang-orang Yahudi yang disebut-sebut dari Madinah ini, mereka tinggal jauh di Khaibar dan Wadi'l-Qura.

Hasil inilah yang menjadi tujuan Nabi Muhammad dengan mengosongkan Madinah dari mereka.Ini adalah suatu langkah politik yang sungguh cemerlang dalam memperlihatkan kebijaksanaan dan pandangan yang jauh itu.

Ini juga merupakan suatu pendahuluan yang tidak bisa tidak akan mempunyai pengaruh politik yang kelak akan berjalan sesuai dengan garis yang telah ditentukan oleh Muhammad.

Dalam mempersatukan sesuatu kota yang paling berbahaya adalah adanya pertentangan golongan. Apabila sengketa golongan-golongan ini harus terjadi juga, maka harus pula berakhir pada adanya kemenangan satu golongan atas golongan lainnya yang juga berarti akan berkesudahan dengan menguasainya.

Ada beberapa penulis sejarah mengecam tindakan kaum Muslimin mengusir orang-orang Yahudi dari Madinah akibat konflik yang berkepanjangan. Salah satu konflik itu adalah pelecehan terhadap Muslimah oleh orang Yahudi. Sejarawan itu beranggapan dalam kasus itu bisa diselesaikan dengan membunuh orang Yahudi yang melakukan pelecehan itu.

Haekal mengatakan bahwa terbunuhnya seorang Yahudi dan seorang Muslim belum dapat menghapus coreng penghinaan terhadap kaum Muslimin yang disebabkan oleh pribadi wanita yang telah dipermainkan oleh orang Yahudi itu.

Bagi orang Arab, melebihi bangsa mana pun, masalah semacam ini dapat mengakibatkan timbulnya huru-hara, dapat menimbulkan peperangan antara dua kabilah atau dua golongan selama bertahun-tahun hanya karena soal semacam itu saja.

Dalam sejarah Arab contoh-contoh serupa itu sudah cukup pula dikenal terutama oleh mereka yang pernah mempelajarinya

Akan tetapi, di samping pertimbangan ini masih ada pertimbangan lain yang lebih penting lagi.

Peristiwa seorang wanita yang telah menyebabkan terkurungnya Banu Qainuqa, dan terusirnya mereka dari Madinah, adalah sama seperti terbunuhnya putra mahkota Austria di Sarayevo dalam tahun 1914 yang telah menyebabkan pecahnya Perang Dunia dan melibatkan seluruh benua Eropa.

Soalnya hanyalah sepercik api yang menyala, yang kemudian membakar hati kaum Muslimin dan Yahudi bersama-sama demikian rupa, sehingga akhirmya dapat menimbulkan letusan serta segala akibat yang timbul karenanya.

Sebenarnya, adanya orang-orang Yahudi, adanya orang musyrik dan orang-orang munafik di Madinah, di samping orang-orang Islam, telah memperkuat timbulnya perpecahan itu.

Dari segi politik, Madinah merupakan sebuah kawah yang tidak bisa tidak pasti akan meletus. Jadi, terkepungnya Banu Qainuqa, dan dikeluarkannya mereka dari Madinah adalah gejala pertama ke arah timbulnya letusan itu.

Sudah wajar sekali bilamana penduduk Madinah di luar kaum Muslimin menjadi kecut setelah Banu Qainuqa' dikeluarkan dari kota itu, yang dari luar tampak aman dan tenteram, tapi sebenarnya akan disusul kelak oleh timbulnya angin badai dan topan.

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 21 Maret 2025
Imsak
04:32
Shubuh
04:42
Dhuhur
12:04
Ashar
15:14
Maghrib
18:07
Isya
19:15
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan