Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Kamis, 30 Oktober 2025
home masjid detail berita

Wasiat Nabi Adam kepada Syits Jelang Wafat dalam Usia 1000 Tahun

miftah yusufpati Ahad, 16 Februari 2025 - 05:15 WIB
Wasiat Nabi Adam kepada Syits Jelang Wafat dalam Usia 1000 Tahun
Nabi Adam mempersiapkan pelajaran berharga bagi generasi berikutnya tentang bagaimana semestinya memperlakukan orang meninggal. Ilustrasi: Ist
LANGIT7.ID-Syits (شيث) dari segi bahasa artinya pemberian. Dinamakan demikian, karena Syits dilahirkan setelah terbunuhnya Habil.

Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Qashashul Anbiya" yang diterjemahkan Abdullah Haidir menjadi "Kisah Para Nabi" (Daar Ihya At-Turats Al-Araby, 1997 M) menjelaskan Syits juga digolongkan sebagai para nabi, berdasarkan sabda Rasulullah SAW.

"Keturunan Nabi sekarang ini seluruhnya kembali kepada Syits, sebab keturunan anak Adam dari anak-anak yang lainnya telah punah," tulis Ibnu Katsir.

Menjelang wafat, Nabi Adam as mengajarkan Syits waktu-waktu malam dan siang, kemudian dia mengajarkannya ibadah pada waktu-waktu itu.

Nabi Adam pun mengajarkan datangnya badai pada waktu-waktu tertentu. Nabi Adam as wafat pada hari Jumat. Para malaikat datang membawa wewangian dan kain yang berasal dari surga.

Mereka bertakziah kepada anak keturunannya dan kepada pemegang wasiatnya, yaitu Syits.

Baca juga: Kisah Nabi Adam Menghibahkan 40 Tahun Umurnya kepada Nabi Daud

Mengenai tempat dikuburkannya, para ahli sejarah memiliki beberapa versi. Ada yang mengatakan bahwa dikuburkan di tempat dia diturunkan, yaitu di sebuah gunung di India.

Ada juga yang mengatakan bahwa dia dikubur di Jabal Abu Qubais di Makkah. Ada pula yang mengatakan bahwa pada masa Nabi Nuh ketika terjadi banjir bah, dia membawa jenazah Adam dan Hawwa dalam peti, kemudian dikuburkan di Baitul Maqdis.

Sedangkan usianya saat wafat diperkirakan mencapai 1000 tahun. Buah Surga Nabi Adam dianugerahi karunia bisa merasakan detik-detik akhir masa hidupnya. Sehingga ketika ajal itu hendak datang, Nabi Adam tampak seperti telah mempersiapkan semuanya.

Beliau memulainya dengan mengajukan permintaan terakhir kepada putra-putranya, yakni ingin memakan buah surga. Permintaan ini sulit bila harus dimaknai secara harfiah, karena di alam dunia yang serba fana ini buah surga mustahil ditemukan.

Surga hanya ada di alam akhirat. Sebab itulah, ada ulama yang menafsirkan bahwa permintaan akan buah surga merupakan isyarat bahwa Nabi Adam tengah dilanda rindu akan kebahagiaan surgawi yang pernah beliau tinggali sebelum turun ke bumi. Inilah sinyal bahwa kawafatan beliau semakin dekat.

Meski demikian, sebagai anak berbakti, para putra Nabi Adam tetap berangkat mencarikan buah surga. Namun, tak jauh usai meninggalkan sang ayah, perjalanan mereka diadang oleh sejumlah lelaki.

"Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian cari? Atau apa yang kalian mau? Dan ke mana kalian pergi?"

Mereka menjawab, "Bapak kami sakit, beliau ingin makan buah dari Surga."

"Pulanglah, karena ketetapan untuk bapak kalian telah tiba," saran para lelaki itu yang ternyata adalah para malaikat yang sedang menjelma manusia.

Baca juga: Isra Mikraj: Kisah Nabi Musa Menyalahkan Nabi Adam

Di tangan mereka sudah tersedia kafan, wewangian, serta sejumlah perangkat yang lazim diperlukan untuk menggali kubur: kapak, cangkul, dan sekop.

Saat para malaikat itu datang, Siti Hawwa melihat dan mengenali mereka, maka ia pun berlindung kepada Nabi Adam. "Menjauhlah dariku. Aku pernah melakukan kesalahan karenamu. Biarkan aku dengan malaikat Tuhanku tabâraka wa ta'âlâ," kata Nabi Adam kepada Hawwa.

Para malaikatlah yang mencabut nyawa Nabi Adam, lantas memandikannya, mengkafaninya, memberinya wewangian, menyiapkan liang lahad, juga mensalatinya.

Selanjutnya mereka turun ke kuburnya, memasukkan jenazah Nabi Adam ke dalam, lalu mereka meletakkan bata di atasnya. Usai naik ke atas kubur, mereka pun menimbunnya dengan batu. Mereka berseru, "Wahai anak cucu Adam, ini adalah sunnah kalian."

Rupanya Nabi Adam mempersiapkan pelajaran berharga bagi generasi berikutnya tentang bagaimana semestinya memperlakukan orang meninggal.

Baca juga: Doa Nabi Adam, Dibaca pada Malam Nisfu Sya’ban

Manusia tak hanya dihormati ketika masih hidup tapi juga saat mereka mati. Standar penghormatan pun tak berlebihan. Tak ada prosesi pembakaran mayat, mutilasi tubuh, menempeli jenazah dengan perhiasan, atau semacamnya.

Namun, semua pelajaran tersebut cukup menggambarkan bahwa manusia itu pada dasarnya mulia, namun kehidupan duniawinya pasti berujung fana. Dari tanah kembali ke tanah. Kisah ini bisa kita jumpai salah satunya dari uraian Syekh Umar Sulaiman Abdullah al-Asyqar dalam kitab Shahîhul Qishash an-Nabawî.

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Kamis 30 Oktober 2025
Imsak
03:59
Shubuh
04:09
Dhuhur
11:40
Ashar
14:54
Maghrib
17:49
Isya
19:00
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan