LANGIT7.ID-Siapa sangka dari salah satu pondok pesantren tertua di Tasikmalaya, juga di Indonesia ini, kelak lahir sosok pimpinan pusat Muhammadiyah.
Ya, Ponpes Cintawana yang beralamat di Desa Cikunten, Kecamatan Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat ini adalah tempat di mana Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menuntut ilmu semasa kecil.
Ponpes yang berada persis di pinggir jalan provinsi ini merupakan salah satu ponpes tertua yang berdiri pada 12 April 1917.
Pendirinya adalah KH Muhammad Toha pendiri pondok pesantren Cintawana. Berdasarkan penuturun dari keluarga Pesantren Cintawana, Toha merupakan keturunan IX Syekh Abdul Muhyi yang merupakan wali penyebar agama Islam di Tasikmalaya.
Sebelum mendirikan pesantren Cintawana, Toha yang lahir tahun 1812 mendirikan pesantren Cipansor di Desa Buniasih, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya.
Namun, akibat desakan pemerintah Belanda, Toha hijrah ke wilayah Singaparna dan mendirikan Pesantren Cintawana atas bantuan Lurah Desa Cikunten pada saat itu.
Pesantren Cintawana menjadi markas perjuangan TNISepeninggal KH Muhammad Toha, sistem pesantren kemudian menitikberatkan kepada kegiatn majelis taklim. Hal ini berlangsung antara tahun 1948-1958. Hal ini lantaran santri dan pengasuhnya ikut terjun dalam kancah perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Mereka tergabung dalam barisan sabilillah dan hizbulloh.
Bahkan, pada masa mempertahankan kemerdekaan, Pesantren Cintawana dijadikan markas perjuangan TNI menghadapi kekuatan Belanda.
Setelah masa penjajahan berakhir atau sekitar tahun 1958, tampuk kepemimpinan pesantren Cintawana diteruskan oleh putra ketiga Toha yaitu KH Ishak Farid yang merupakan lulusan pesantren Gunung Puyuh.
Di masa kepemimpinan Ishak, Pesantren Cintawana banyak mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan, kemasyarakatan, dan sarana prasarana pesantren.
Pendirian sekolah formal setingkat SMP dan SMA Perkembangan Pesantren Cintawana semakin pesat. Pihak pesantren medirikan pendidikan formal yakni tingkat SMP pada tahun 1965 sedangkan pada 1970 didirikan sekolah formal tingkat SLTA.
Yang menarik dari sosok KH Ishak Farid adalah bahwa ia juga seorang politisi. Ia pernah menjadi anggota DPRD Jawa Barat selama 8 tahun.
Ishak Farid wafat pada 1987 di usia 63 tahun. Setelah itu, kepemimpinan Pesantren Cintawana dipegang oleh adik kandungnya, KH Onang Zaenal Muttaqin, dibantu oleh keluarga di antaranya KH Adang Sofyan, KH Aep Saepulloh, KH A. Rosidin, dan KH Asep Sujai.
Dikutip dari ayobandung, Pesantren Cintawana mempunyai ciri khas keilmuan. Pesantren ini memprioritaskan pengajaran tafsir Alquran. Berbeda dengan pesantren lainnya yang lebih kepada ilmu alat atau nahu.(*)
(hbd)