LANGIT7.ID-Jakarta;
Dulu, solopreneurship sering dianggap sebagai pilihan darurat—sesuatu yang dilakukan setelah di-PHK, di antara pekerjaan, atau saat jenuh dengan rutinitas kantor 9-5. Bisa juga sekadar side hustle untuk menambah penghasilan.
Bagaimanapun, banyak yang menganggapnya hanya batu loncatan menuju sesuatu yang "lebih besar" dan dianggap kurang menguntungkan.
Adalah penulis artikel di entreprebeur, Wendy Shore mengisahkan pengalamannya bahwa ketika ia pertama kali memutuskan untuk bekerja dengan solopreneur dan membantu mereka mengembangkan bisnis, banyak yang menyarankan dirinya untuk tidak melakukannya. Alasannya, "Kamu buang-buang waktu," atau "Mereka tidak akan bisa membayarmu."
"Tapi inilah yang saya temukan:
Orang-orang kini dengan sengaja memilih solopreneurship. Mereka membangun bisnis bernilai enam angka—bahkan tujuh angka—seringkali tanpa bantuan dari luar."
Berdasarkan studi Intuit tahun 2024:
- 65% solopreneur mengaku penghasilannya lebih besar dibanding saat menjadi karyawan.
- 50% pekerja saat ini tertarik memulai bisnis sendiri dalam setahun ke depan.
Apa Itu Solopreneur?
Solopreneur adalah pengusaha yang menjalankan bisnis secara mandiri, tanpa rekan pendiri atau tim tradisional. Mereka mengerjakan segalanya—mulai dari strategi, pemasaran, operasional, hingga pengiriman—seringkali memanfaatkan teknologi, kontraktor, atau otomatisasi untuk memperluas dampaknya.
*Berbuat lebih banyak dengan sumber daya minimal adalah keahlian solopreneur.*
Teknologi menjadi alasan utama mengapa solopreneur kini bisa berkembang pesat. Dari alat berbasis AI yang mengotomatisasi tugas harian, membuat presentasi, hingga membantu brainstorming—hingga platform seperti LinkedIn yang memudahkan pembentukan citra sebagai pemikir—solopreneur memanfaatkan teknologi untuk melakukan hal yang dulu butuh tim besar.
Mereka bisa bergerak cepat, memanfaatkan peluang tak terduga, atau berubah arah saat pasar bergeser. Mereka juga bisa menyesuaikan diri ketika kebutuhan klien berubah atau rencana awal sudah tidak relevan.
Banyak solopreneur bekerja dari rumah dan memulai bisnis tanpa modal besar atau pendanaan eksternal. Mereka berkembang dengan menawarkan beragam produk dan layanan—semuanya berbasis keahlian inti mereka. Mulai dari konsultasi privat, program grup, keanggotaan, kursus, hingga produk digital, solopreneur menciptakan berbagai aliran pendapatan tanpa terbebani.
Ini bukan berarti mereka bekerja sendirian. Solopreneur masa kini sering dibantu oleh asisten virtual, kontraktor, dan sistem otomatis yang menyederhanakan operasional. Mereka juga bergabung dalam komunitas untuk saling mendukung.
Bagi banyak solopreneur, keputusan ini bermuara pada satu hal: pilihan. Keinginan untuk memiliki kendali lebih besar mendorong orang memulai bisnis sendiri. Ingin meluangkan waktu untuk makan siang dengan teman, menghadiri konferensi, atau pergi ke pantai? Bisa saja. Sebagai solopreneur, jadwal Anda sepenuhnya milik Anda. Anda bertanggung jawab pada diri sendiri. Pekerjaan tetap harus diselesaikan—kadang sampai larut malam—tapi intinya: Anda yang memutuskan.
10 Tips Membangun Bisnis Solopreneur yang Berkelanjutan
1. *Manfaatkan AI dan otomatisasi* — Efisiensi tugas berulang, pembuatan konten, layanan pelanggan, dan alur kerja agar Anda fokus pada hal yang benar-benar penting.
2. *Cari mentor* — Pengalaman mereka bisa mempersingkat proses belajar dan membantu menghindari kesalahan umum.
3. *Fokus pada "siapa", bukan "bagaimana"* — Alihkan tugas yang tidak membutuhkan keahlian unik Anda, tapi pastikan Anda paham dasarnya sebelum merekrut.
4. *Tentukan niche dengan jelas* — Semakin spesifik penawaran dan audiens, semakin mudah menonjol dan menarik klien yang tepat.
5. *Bangun personal branding* — Orang lebih percaya pada mereka yang dikenal. Konten pemikiran leadership membangun kredibilitas dan posisi Anda sebagai ahli di bidangnya.
6. *Buat berbagai aliran pendapatan* — Ubah keahlian inti menjadi kursus, keanggotaan, atau produk digital, lalu kembangkan penawaran pendukung.
7. *Jalin jaringan dan relasi* — Koneksi tulus sering menghasilkan referensi, kolaborasi, dan pertumbuhan jangka panjang.
8. *Pelajari laporan keuangan* — Bisnis yang sukses butuh pemahaman angka. Prioritaskan profit, pahami pengeluaran, dan ambil keputusan cerdas.
9. *Gunakan data untuk pengambilan keputusan* — Lacak apa yang berhasil. Insting bagus, tapi insting berbasis data lebih baik.
10. *Jangan terjebak perfeksionisme* Lebih baik selesai daripada sempurna. Luncurkan, uji, evaluasi, dan perbaiki perlahan.
Ketika Anda memilih membangun bisnis solo, Anda sedang menciptakan sesuatu yang selaras dengan gaya hidup dan tujuan finansial. Kini, solopreneur bisa menghasilkan enam angka sebagai operator tunggal—tapi ingat, tidak ada kesuksesan instan.
Seperti bisnis apa pun, menjadi solopreneur butuh kerja keras dan dedikasi. Namun, peluangnya tak terbatas, dan Anda yang memegang kendali.(*/saf/entrepreneur)
(lam)