LANGIT7.ID-Musim haji 2025 sudah berakhir. Jamaah haji asal Indonesia satu per satu pulang ke Tanah Air dengan harapan menjadi haji mabrur.
Selama ini kata mabrur sering terdengar, tetapi apa makna dan artinya ternyata tidak semua tahu dan memahami.
Lantas apa sebenarnya makna haji mabrur? Para ulama memiliki beberapa pendapat tentang makna mabrur. Beberapa ulama menilai Haji Mabrur adalah pahala yang diterima di sisi Allah.
Rasulullah menyebutkan satu istilah, yaitu mabrur atau haji mabrur melalui beberapa hadistnya untuk menunjukkan makna haji yang baik dan sempurna.
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan, Allah Ta’ala telah menjanjikan balasan nyata bagi mereka yang mendapat Mabrur, yakni surga yang abadi: “Umrah ke umrah berikutnya merupakan pelebur dosa antara keduanya. Dan, tiada balasan bagi haji mabrur, melainkan surga” (HR Bukhari).
Imam Nawawi dalam syarah Muslim menjelaskan, haji mabrur tidak tercampuri oleh kemaksiatan atau dosa karena imbalannya adalah surga Allah.
Imam Nawari juga menjelaskan bahwa haji mabrur juga diartikan sebagai haji yang tidak dikotori oleh dosa, atau haji yang diterima Allah dan tidak ada kesombongan di dalamnya.
Dikutip dari ceramah AA Gym di daaruttauhiid.org, menurut ulama ahli tafsir Al-Quran Profesor Quraish Shihab, definisi haji mabrur bukan sekadar sah perihal pelaksanaan ibadah haji.
Namun, makna mabrur adalah ketika jamaah haji telah pulang dari Tanah Suci dan ia tetap menaati janji-janji yang telah ia buat sewaktu di Mekkah untuk menjadi seseorang yang lebih baik.
Catatan terpenting bagi yang akan menunaikan ibadah haji adalah memperbaharui dan meluruskan niatnya.
Menunaikan ibadah haji sebagai bentuk ketaatan terhadap perintah agama dan memenuhi Rukun Islam kelima. Dengan meluruskan niat, kamu dapat menjaga kemurnian tujuan berhaji.
Jauhkan pikiran dari hasrat untuk menaikkan status sosial atau sekadar pamer kesalehan.
Salah satu tantangan pascamelaksanakan ibadah haji sebagaimana perintah dalam rukun Islam.
Keberhasilannya memperoleh gelar haji mabrur jelas sangat bergantung kepada sejauh mana komitmen sosial seorang muslim ketika berada kembali di tengah-tengah masyarakat.
(hbd)