LANGIT7.ID-Bagi manusia, laut adalah tempat wisata, lubang adalah sarang hewan, dan pasar adalah pusat ekonomi. Namun bagi jin, semua itu adalah rumah. Tempat mereka tinggal, beristirahat, bahkan bercengkerama. Dalam buku
Ensiklopedia Ruqyah karya
Iding Sanus, disebutkan ada enam tempat yang paling disukai
makhluk ghaib itu untuk menetap atau sekadar menghabiskan waktu.
Yang pertama adalah laut. Di permukaan air biru yang tampak indah bagi mata manusia itu, singgasana iblis justru ditegakkan. Sebagaimana riwayat dalam Shahih Muslim,
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya
iblis meletakkan singgasananya di atas air, kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya.” Di sana, para jin kafir, khususnya jin air, bergerak melaksanakan misi-misi gelap mereka.
Tempat kedua adalah lubang. Lubang-lubang di tanah, yang sering dianggap sarang binatang, ternyata juga menjadi tempat favorit jin. Rasulullah melarang umatnya kencing di lubang. Ketika para sahabat bertanya kenapa, dijawab bahwa lubang bisa saja menjadi tempat tinggal makhluk halus itu. Larangan sederhana yang ternyata menyimpan pengetahuan tentang dunia lain yang tak kasat mata.
Toilet dan tempat-tempat najis berada di urutan ketiga. Ruang yang kotor, bau, dan lembap memang menjadi habitat jin kafir. Sebaliknya, jin muslim lebih suka tempat yang bersih dan wangi seperti masjid atau pesantren. Itu pula sebabnya Nabi mengajarkan doa ketika hendak memasuki kamar mandi, memohon perlindungan dari setan jantan dan betina yang bersembunyi di sana.
Baca juga: Menghadirkan Jin: Dari Ruang Gelap hingga Najis Mantra Keempat, pasar. Di sinilah jin menggoda manusia melalui tipu daya duniawi. Dalam hadis riwayat Muslim, sahabat Nabi, Salman al-Farisi, pernah berwasiat agar jangan menjadi orang pertama yang masuk pasar atau yang terakhir keluar dari sana. Pasar disebut sebagai arena pertempuran para setan. Di sanalah mereka menancapkan bendera, menggoda manusia dengan ketamakan dan kecurangan.
Tempat kelima adalah ruang kosong atau tak berpenghuni. Kuburan, lembah, padang pasir, hingga kamar kosong dalam rumah bisa menjadi wilayah kekuasaan jin. Riwayat dari Ibnu Mas’ud menceritakan, Nabi pernah diajak utusan jin untuk mengajarkan Al-Quran di padang pasir pada suatu malam. Para sahabat bahkan sempat mengira Nabi diculik karena hilang semalaman. Di sana, beliau mendapati api unggun dan tanda-tanda kehadiran bangsa jin.
Dan yang keenam adalah perbatasan antara teduh dan panas. Dalam hadis riwayat Ahmad, Nabi melarang duduk di tempat yang setengahnya teduh dan setengahnya panas. Tempat itu, kata beliau, adalah tempat duduk setan. Ulama seperti Imam Ahmad menyebut perbuatan itu makruh. Dalam riwayat lain, Nabi bahkan menyuruh seseorang yang duduk di bawah terik matahari untuk berpindah ke tempat yang sepenuhnya teduh.
Baca juga: Iblis: Malaikat yang Membangkang atau Jin yang Durhaka? Dari enam tempat ini, satu benang merah tampak jelas: jin menyukai apa yang ditinggalkan manusia, yang kotor, gelap, sepi, atau bahkan tak terlintas sebagai hunian. Bagi mereka, lautan adalah istana, lubang adalah rumah, pasar adalah panggung, dan kamar kosong adalah ranjang.
Iding Sanus mengingatkan bahwa bahkan di dalam rumah sendiri, jin bisa tidur di kasur yang tidak digunakan manusia. Tidak ada satu kasur pun yang tidak ditempati manusia kecuali akan dijadikan ranjang oleh setan, tulisnya dalam sebuah catatan.
Enam tempat itu bukan sekadar geografi fisik, tetapi juga simbol dari ruang-ruang yang manusia abaikan. Semakin jauh dari zikir, semakin dekat dengan mereka. Semakin kosong dari doa, semakin penuh dengan kehadiran makhluk yang tak terlihat itu.
Baca juga: Pengrajin Sandal di India Banjir Pesanan, Usai Protes ke Merek Prada Menjadi Viral(mif)