LANGIT7.ID–Jakarta; Wafatnya mantan Menteri Agama RI periode 2009–2014, Suryadharma Ali, membawa duka mendalam, tak hanya bagi keluarga, tetapi juga para sahabat lama yang pernah berjuang bersamanya di masa muda. Salah satunya adalah Anwar Abbas, pengamat sosial-ekonomi dan keagamaan, yang mengenang kedekatan mereka sejak sama-sama menempuh pendidikan di Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta (kini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
“Saya dan beliau tinggal di asrama putra IAIN. Walau ia adik kelas saya, kami dekat karena sama-sama aktif di organisasi. Dia di PMII, saya di IMM, sementara Azyumardi Azra—teman dekatnya juga—di HMI,” kenang Anwar.
Menurutnya, Suryadharma dikenal sebagai mahasiswa cerdas, aktif dalam organisasi kemahasiswaan, dan memiliki bakat kepemimpinan yang menonjol. Bahkan saat Anwar menjalani ujian skripsi bersama rekannya, Ace Saifuddin, Suryadharma hadir memberi semangat.
Baca juga: Mantan Menteri Agama 2009-2014 Suryadharma Ali Wafat, Dimakamkan di BekasiNamun setelah masa kuliah, hubungan mereka sempat terputus. Pertemuan yang paling membekas terjadi di awal 1990-an ketika Anwar menjadi panitia dialog antara pengusaha Muhammadiyah dan para pebisnis nasional, terutama dari keturunan Tionghoa seperti Mochtar Riady (Lippo Group), Hari Darmawan (Matahari), dan Kahfi Kurnia (Hero Supermarket).
“Saya kaget, ternyata yang mewakili Hero bukan Kahfi, tapi Suryadharma Ali. Saya benar-benar kagum. Dia bicara soal bisnis dengan sangat fasih. Saya berharap ia serius masuk dunia bisnis,” ujar Anwar.
Namun takdir berkata lain. Suryadharma lebih memilih jalur politik lewat Partai Persatuan Pembangunan (PPP), hingga akhirnya terpilih sebagai ketua umum partai tersebut dan dipercaya menjabat sebagai Menteri Koperasi serta Menteri Agama RI.
Anwar mengaku sering berdiskusi dan memberi masukan kepada Suryadharma kala menjabat menteri agama. Salah satu nasihat penting yang ia sampaikan adalah pentingnya pemerataan dalam pengangkatan pejabat Kemenag, agar tidak didominasi kelompok tertentu.
“Beliau setuju, dan berjanji akan mewujudkannya. Tapi ketika ada pelantikan pejabat eselon III dan IV, saya diberi tahu tak ada satupun dari ormas tempat saya berasal yang diangkat. Saat saya telepon, beliau minta maaf, belum bisa mewujudkan harapan saya,” ungkapnya.
Kisah pilu juga datang ketika Suryadharma Ali tersandung kasus hukum dan mendekam di Lapas Sukamiskin, Bandung. Anwar pun datang menjenguknya.
“Saya tanya, apakah teman-teman dekatnya dulu sudah datang menjenguk? Jawabannya mengejutkan. ‘Setan semua,’ katanya bersungut. Saya hanya bisa bilang, sabar ya, begitulah hidup,” tuturnya haru.
Kini, sang sahabat telah berpulang. Namun kenangan tentang semangat, kecerdasan, dan keteguhan Suryadharma Ali dalam menghadapi perjalanan hidup yang tak selalu mudah, akan terus dikenang.
(lam)