LANGIT7.ID-, Jakarta - - Sebanyak 180 siswa
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) dari berbagai sekolah di DKI Jakarta turut serta dalam kegiatan Peningkatan Literasi Siswa melalui Pembuatan Konten Kebahasaan dan Kesastraan Tahun 2025.
Kegiatan yang digelar oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa),
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) ini, merupakan bagian dari program prioritas Kemendikdasmen di bidang pembangunan kebahasaan dan kesastraan.
Melalui kegiatan ini, Kemendikdasmen berupaya melahirkan generasi muda yang tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen konten yang kritis, kreatif, dan bertanggung jawab. Literasi kebahasaan dan kesastraan yang dikemas dalam bentuk konten digital diyakini akan menjangkau masyarakat lebih luas serta memperkuat peran bahasa Indonesia sebagai identitas, jati diri, dan alat pemersatu bangsa.
Baca juga: Membanggakan! Deretan Karya Siswa SMK Jatim Ini Tembus Panggung Fesyen InternasionalKepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin, menegaskan bahwa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi memiliki dua sisi, bernilai positif bila dimanfaatkan dengan baik dan sesuai dengan norma serta etika. Namun, jika tidak ada ruang, batas, aturan, dan pengawasan dari orang tua, teknologi justru bisa menjadi bumerang bagi generasi muda.
Hafidz menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran penting agar siswa tidak terjebak dalam penggunaan teknologi tanpa arah. "Kegiatan peningkatan literasi siswa melalui pembuatan konten kebahasaan dan kesastraan akan memandu mereka memanfaatkan teknologi digital dan media sosial secara bijak dan bermanfaat," ujar Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin, di Jakarta, dikutip Senin (15/9/2025).
Lebih lanjut, Hafidz berharap para peserta tidak hanya berhenti pada pelatihan, tetapi juga mampu menghasilkan karya nyata. "Saya berharap mereka dapat menghasilkan karya kreatif yang menarik, menginspirasi rekan-rekannya, dan menumbuhkan budaya literasi di kalangan generasi muda," ujar Hafidz.
Literasi digital yang terintegrasi dengan literasi bahasa dan sastra dipandang sebagai keterampilan penting bagi generasi muda, terutama dalam menghadapi derasnya arus informasi pada era digital.
Oleh karenanya, dalam kegiatan tersebut, peserta mendapat pembekalan dari para praktisi konten dan media, seperti Harry Widi Gunawan (Kreatif Kertas Putih Production) dan Teguh Setiawan (Institut Media Digital Emtek/IMDE). Materi yang diberikan meliputi konsep strategi media, penyusunan skrip, persiapan produksi, teknik pembuatan konten video untuk media sosial, hingga praktik pembuatan skrip dan produksi konten.
Tema konten yang diangkat pada acara yang diselenggarakan 11 hingga 12 September 2025 ini, berfokus pada isu kebahasaan dan kesastraan, seperti kesalahan bahasa di ruang publik, ejaan, bahan bacaan bermutu, perkamusan, keterkaitan bahasa dan hukum, hingga pemodernan bahasa dan sastra. Dengan bekal tersebut, para siswa dilatih untuk menghasilkan konten edukatif yang menarik sekaligus membangun kesadaran masyarakat terhadap pentingnya bahasa dan sastra Indonesia.
Hafidz turut menekankan pentingnya mengutamakan bahasa Indonesia di tengah derasnya penggunaan bahasa asing di ruang publik.
"Bahasa Indonesia tidak bisa dipisahkan dari bangsa ini. Penggunaan bahasa Indonesia menjadi salah satu diferensiasi kita sebagai masyarakat global. Penggunaan bahasa asing yang tidak pada tempatnya dapat menggerus kecintaan dan rasa kepemilikan terhadap bahasa Indonesia. Karena itu, Badan Bahasa mengajak generasi muda untuk membuat konten-konten kebahasaan yang inspiratif, edukatif, dan bermanfaat bagi masyarakat," ucapnya.
Baca juga: Revitalisasi SMK Dirancang untuk Generasi Mandiri dan Kreatif, Bukan Hanya Pencari KerjaSelanjutnya, salah satu siswi
SMK Negeri 46 Jakarta, Sachi, menuturkan bahwa kegiatan ini tidak hanya menambah pengetahuan teknis, namun juga mengubah cara pandangnya terhadap bahasa Indonesia.
"Awalnya saya pikir membuat konten kebahasaan itu membosankan. Tapi setelah dapat materi produksi konten, sinematografi, dan belajar tentang bahasa serta sastra, ternyata sangat menarik. Saya jadi sadar kalau bahasa Indonesia bisa dikemas dengan cara kreatif, bahkan bisa viral kalau dikerjakan dengan serius. Pengalaman ini membuat saya lebih percaya diri untuk membuat konten yang bermanfaat," tutur Sachi.
Senada dengan itu, guru SMKN 6 Jakarta, Yunita, menilai kegiatan ini sangat relevan bagi generasi muda yang kini berada di tengah arus globalisasi. Ia menekankan bahwa keterampilan literasi digital harus dibarengi dengan kecintaan pada Bahasa Indonesia.
"Anak-anak kita sekarang mahir bermain media sosial, tapi sering hanya sebatas konsumsi hiburan. Lewat pelatihan ini, mereka belajar bahwa media digital juga bisa jadi ruang kontribusi. Mereka tidak hanya belajar membuat konten, tetapi juga belajar bagaimana bahasa dan sastra bisa menjadi bahan utama yang bernilai. Saya yakin, dengan kegiatan seperti ini, literasi siswa meningkat dan rasa bangga mereka terhadap Bahasa Indonesia semakin kuat," tutup Yunita.
(lsi)