LANGIT7.ID–Jakarta; Wakil Ketua Umum MUI serta Pengamat Sosial Ekonomi dan Keagamaan, Anwar Abbas, menuding Komite Olimpiade Internasional (IOC) bersikap munafik dan menerapkan standar ganda dalam dunia olahraga global. Menurutnya, lembaga olahraga dunia itu selalu berbicara bahwa olahraga harus dijauhkan dari politik, tetapi pada praktiknya justru sangat politis dan condong pada kepentingan negara-negara Barat serta sekutunya, terutama Amerika Serikat.
Anwar menyebut kasus Rusia sebagai contoh paling gamblang. Saat konflik Rusia-Ukraina pecah, IOC mengambil langkah tegas dengan mendorong pelarangan atlet-atlet Rusia tampil di berbagai kejuaraan internasional, termasuk Olimpiade 2024, sementara FIFA juga melarang Rusia ikut kualifikasi Piala Dunia 2022.
Menurutnya, sikap keras itu dipuji dan didukung penuh oleh negara-negara Barat atas nama solidaritas terhadap Ukraina — namun standar itu tiba-tiba hilang dalam kasus lain yang bahkan lebih berat. “Dunia terutama negara-negara maju yang memiliki kedekatan politik dengan Amerika sering memperlihatkan standar ganda dalam berbagai hal termasuk dalam bidang olahraga,” kata Anwar Abbas.
Dia melanjutkan “Jadi IOC dalam hal ini telah memperlihatkan sikap munafiknya karena menerapkan standard ganda dan itu jelas-jelas bukan merupakan sebuah perbuatan terpuji.”
Baca juga: Buntut Penolakan Atlet Israel, IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah OlimpiadeAnwar menyoroti bahwa Israel sama sekali tidak mendapat sanksi serupa. Padahal, menurut dia, apa yang dilakukan Israel terhadap Palestina jauh lebih parah dibanding apa yang dituduhkan kepada Rusia. Ia menegaskan Israel bukan hanya melakukan agresi militer, tetapi juga melakukan penjajahan berkepanjangan, pemaksaan pengusiran penduduk, hingga pembersihan etnis dan genosida terhadap rakyat Palestina. Dalam pandangannya, jika alasan IOC menghukum Rusia adalah karena invasi militer, maka konsistensi moral mengharuskan organisasi yang sama juga bertindak terhadap Israel.
Tak hanya itu, Anwar juga menyinggung invasi Amerika Serikat ke Irak dan Afghanistan. Ia menyebut bahwa ketika Washington melakukan operasi militer besar-besaran di dua negara tersebut, dunia olahraga internasional tidak pernah memberi sanksi berarti terhadap Amerika Serikat. Baginya, hal ini memperlihatkan bahwa ukuran benar dan salah di mata lembaga olahraga global kerap mengikuti kepentingan politik negara kuat.
Baca juga: Erick Thohir Tegaskan Sikap Konstitusional Indonesia Hadapi Keputusan IOCLebih jauh, ia memprotes keras hukuman kepada Indonesia. Indonesia dijatuhi sanksi berupa pelarangan menjadi tuan rumah event olahraga yang berada di bawah payung IOC setelah menolak kehadiran atlet Israel di Kejuaraan Senam Dunia di Jakarta. Menurut Anwar, ini ironis dan tidak adil, apalagi Indonesia baru saja sukses menjadi tuan rumah kejuaraan senam dunia tersebut secara profesional.
“Lalu sekarang Indonesia yang melarang atlet Israel untuk bertanding dalam kejuaraan senam dunia di Jakarta, mereka hukum dengan melarang Indonesia untuk menjadi tuan rumah semua cabang olahraga yang ada dalam naungan IOC,” ujar Anwar Abbas. “Padahal Indonesia baru saja berhasil secara baik menyelenggarakan kejuaraan senam dunia," ujar dia.
Anwar menyimpulkan bahwa ucapan IOC — bahwa olahraga tidak boleh dicampur dengan politik — tidak sesuai kenyataan. Ia menilai tindakan IOC justru sangat politis, selektif, dan berpihak. Karena itu, ia menyebut sikap IOC tidak konsisten, tidak adil, dan pada akhirnya mencoreng citra netralitas olahraga dunia.
(lam)