LANGIT7.ID–Jakarta; Kementerian Agama (Kemenag) terus menegaskan komitmennya untuk memperkuat hubungan strategis antara madrasah vokasional dan dunia industri. Kolaborasi ini menjadi fokus utama dalam Rapat Koordinasi Madrasah Aliyah Kejuruan Negeri (MAKN) yang digelar di Surabaya pada 23–25 Oktober 2025.
Forum tersebut diikuti para kepala MAKN dan MA Plus Keterampilan dari berbagai daerah. Agenda utamanya membahas langkah konkret membangun ekosistem pendidikan berbasis industri agar lulusan madrasah memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Melalui pendekatan ini, madrasah vokasional diharapkan menjadi pusat unggulan dalam menyiapkan generasi muda yang siap bersaing di sektor profesional.
Direktur KSKK Madrasah, Nyayu Khodijah, menegaskan perlunya memperkokoh keberadaan madrasah vokasional. "Keberadaan madrasah vokasional baik MAK maupun MA Plus Keterampilan perlu dievaluasi pelaksanaannya, dan diperkuat eksistensinya," kata Nyayu dalam keterangannya, dikutip Senin (27/10/2025).
Ia menambahkan, "Sentuhan program yang mendukung penyelenggaraan pendidikan vokasional yang berkualitas, perlu dilakukan."
Sinergi Industri Jadi Fondasi Utama Pendidikan VokasiKemenag menilai bahwa kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) menjadi kunci untuk menciptakan sistem pendidikan vokasi yang berkelanjutan. Kasubdit Vokasi dan Inklusi, Anis Masykhur, menekankan pentingnya pembelajaran berbasis praktik industri yang mampu menjembatani teori dan kebutuhan lapangan kerja.
"Bahasa sederhananya, menghadirkan industri di sekolah," ujar Anis. Ia menambahkan, “Model ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten, siap kerja, dan memiliki keterampilan praktis yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri (DUDI).”
Salah satu implementasi nyata kemitraan tersebut adalah pengembangan Teaching Factory (Tefa) di berbagai madrasah vokasional. Konsep ini memungkinkan peserta didik untuk merasakan langsung suasana kerja seperti di industri. Beberapa madrasah telah menyesuaikan model tersebut agar sesuai dengan karakteristik lokal. Salah satu contohnya datang dari MAN 1 Kulon Progo, yang memodifikasi Tefa menjadi MOTEFQ dan berhasil melahirkan lulusan berjiwa wirausaha tinggi.
Wakamad Kurikulum MAN 1 Kulon Progo, Imam Muttaqin, menegaskan pentingnya Tefa dalam memastikan lulusan madrasah memiliki kompetensi praktis yang relevan. Ia juga menyoroti persoalan keterbatasan tenaga pendidik vokasional yang masih menjadi tantangan utama. “Tanpa tenaga pendidik yang memadai, bahkan kurikulum terbaik akan sulit mewujudkan output dan outcome yang bermutu,” ujarnya.
Manajemen Berbasis Industri dan KomunitasUntuk menjawab kebutuhan tersebut, Direktorat KSKK Madrasah mendorong penerapan Manajemen Berbasis Industri dan Komunitas dalam tata kelola madrasah vokasional. Pendekatan ini tidak hanya mengutamakan aspek teknis industri, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal sebagai bagian dari karakter pembelajaran madrasah.
Langkah berikutnya adalah pelaksanaan proyek percontohan (piloting) implementasi Tefa di sejumlah madrasah yang telah siap bermitra dengan sektor industri. Skema ini bertujuan mempertemukan kebutuhan riil pasar kerja lokal dengan potensi yang dimiliki lembaga pendidikan keagamaan, terutama di sektor strategis seperti manufaktur, farmasi, dan teknik.
Kurikulum Terintegrasi dengan Dunia KerjaRapat Koordinasi MAKN di Surabaya juga menyoroti penyelarasan kurikulum antara madrasah dan industri mitra. Salah satu mitra yang hadir adalah Astra Honda Motor (AHM). Perwakilannya, Gunawan, menjelaskan bahwa sinkronisasi kurikulum menjadi syarat penting agar madrasah dapat menjadi bagian dari rantai pelatihan dan sertifikasi industri otomotif. Dengan penyelarasan ini, siswa madrasah berpeluang mengikuti magang dan pelatihan yang diakui baik di tingkat nasional maupun internasional.
Selain itu, forum juga menghadirkan Prof. Dr. Syukro, staf khusus Kementerian Tenaga Kerja, yang menyoroti fenomena ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan pendidikan kejuruan dan kebutuhan dunia kerja. Ia menilai, kolaborasi yang lebih erat antara madrasah dan industri menjadi solusi untuk menjembatani kesenjangan tersebut.
(lam)