LANGIT7.ID-,  -  Perusahaan distribusi film asal Swiss, First Hand Films resmi memegang penjualan 
film dokumenter Palestina, 
House of Hope. Film ini akan diputar perdana di Festival Dokumenter Internasional Amsterdam pada November mendatang. 
House of Hope berkisah tentang perjuangan Manar Wahhab dan suaminya, Milad Vosgueritchian yang mendirikan sekolah dasar sebagai tempat perlindungan bagi anak-anak di 
Tepi Barat.
Baca juga: 5 Film Palestina di Netflix yang Bisa Temani Akhir PekanSekolah 
House of Hope berdiri di al-Eizariya, kota Palestina di pinggiran 
Yerusalem, yang kini berada di bawah tekanan akibat perluasan pemukiman ilegal Israel. 
Sekolah ini berdiri di atas filosofi pendidikan Waldorf, yang dikembangkan oleh filsuf Austria awal abad ke-20 Rudolf Steiner, dan berpegang pada prinsip perlawanan tanpa kekerasan.
Busstra, pembuat film, bekerja sama dengan kru Palestina, termasuk sinematografer Belanda-Palestina Abu Mosab, mengikuti Wahhab dan Vosgueritchian selama tiga tahun. 
Ia merekam kegiatan Wahhab dan Vosgueritchian, bersama dua anaknya, dari tempat kerja hingga di rumah. 
Ketegangan meningkat setelah 7 Oktober 2023. 
Serangan militer Israel yang intensif membuat kehidupan Wahhab dan keluarga semakin sulit. 
Meski begitu, sekolah tetap buka, dan anak-anak terus bernyanyi tentang perdamaian. 
Hubungan Busstra dan Wahhab terjalin sejak 18 tahun lalu, saat ia bekerja sebagai fotografer di Palestina.
Baca juga: Film Bocah Palestina 'The Sea' Menang Ophir Award, Israel Langsung Setop PendanaanKeduanya kemudian memutuskan untuk membuat film yang mengangkat tentang sekolah tersebut. 
“Ketika Marjolein pertama kali meminta saya untuk membuat film dokumenter bersama, saya pikir film itu akan berfokus terutama pada sekolah tersebut,” ujar Wahhab dalam catatan pers. 
“Namun setelah beberapa waktu, saya menyadari bahwa film itu juga menunjukkan saya sebagai seseorang yang hidup dengan kesulitan dan dampak mental dari kehidupan di Tepi Barat. Saya melihat diri saya lelah, emosional, terkadang marah atau terputus. Film itu tidak mudah ditonton.
“Namun, saya mengerti apa yang ingin mereka tunjukkan. Mereka ingin menunjukkan keberanian—keberanian orang-orang yang terus berjuang terlepas dari segala hal," tambah Wahhab, seperti dikutip dari Deadline, Selasa (28/10/2025). 
Wahhab mengatakan film tersebut tak hanya tentang Palestina dan harapan, namun lebih dalam yakni tentang manusia. 
"Film ini tentang bagaimana orang-orang yang memiliki begitu banyak harapan terus berusaha untuk hidup dengan baik, membangun, mencintai, dan pada saat yang sama menanggung trauma dan rasa sakit yang berat. Itu sesuatu yang nyata, dan saya pikir itu bisa menginspirasi orang lain.” jelasnya. 
Pendiri dan CEO First Hand Films, Esther van Messel, mengatakan akuisisi penjualan ini sejalan dengan misi perusahaan untuk memperkuat narasi baru.
Baca juga: Film The Voice of Hind Rajab Raih 23 Menit Standing Ovation di Venice Film Festival“House of Hope menceritakan tentang satu tempat di mana kita dapat membuat perbedaan – di komunitas kita sendiri. Manar, tokoh utama yang membangun sekolah Waldorf di Palestina, sama seperti Marjolein, menceritakan kisahnya kepada dunia. Kami senang dapat bekerja sama dengan para profesional yang penuh semangat,” ujarnya.
Film ini diproduksi oleh Ruby Deelen dan Olivia Sophie van Leeuwen untuk 100% Film, perusahaan produksi yang berbasis di Amsterdam yang sebelumnya dikenal sebagai 100% Halal, bekerja sama dengan Ossama Bawardi dan May Jabareen untuk Philistine Films yang berbasis di Palestina.
House of Hope menerima dukungan dari Netherlands Film Fund, Netherlands Film Production Incentive, NPO-fund, OASE, Creative Media, Fund BJP, dan AFK.
Film-film terbaru First Hand Films yang berbasis di Zurich juga menampilkan Abortion in the Holyland karya Efrat Shalom Danon dan Palestinian Comedy Club karya Alaa ‘Regash’ Aliabdallah dan Charlotte Knowles.
House of Hope akan tayang perdana di Luminous IDFA, yang akan berlangsung pada 13-23 November 2025.
(est)