Demi menuntaskan aksi perundungan yang terjadi terutama di sekolah, gerakan #1MillionYouthsStopBullying menggelar kampanye. Sebanyak 842 orang turut meramaikan
Bullying di sekolah dan media sosial merusak psikis korban. Kecemasan, depresi, dan trauma jangka panjang mengintai. Prestasi akademik terganggu, interaksi sosial terhambat. Dukungan keluarga dan sekolah krusial untuk pemulihan. Pencegahan dan penanganan dini diperlukan demi masa depan generasi muda yang sehat mental.
Ribuan siswa dan santri mengikuti kegiatan Official Hospital Anti Bullying yang digelar Tim RS Bhayangkara Tingkat 1 Pusdokkes Polri di Pondok Pesantren Al Hamid Cilangkap
Data dan fakta tentang perundungan atau biasa dikenal dengan istilah bullying, menunjukkan sekitar 25% anak perempuan dan 30% anak laki-laki melaporkan menjadi korban
Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Timur membentuk 1.954 relawan anti-bullying dan kekerasan menjelang pelaksanaan Masa Pengenalan
Penguatan akhlak bangsa merupakan langkah antisipatif terhadap fenomena maraknya bullying. Pernyataan ini disampaikan Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH M Cholil Nafis
Sosok orang dewasa seperti guru dan orang tua menjadi garda terdepan dalam mencegah bullying atau perundungan terhadap anak. Hal ini diungkapkan dosen Pascasarjana Universitas Hasyim Asy'ari
Kasus penganiayaan yang berujung meninggalnya Bintang Balqis Maulana (14), santri di Pondok Pesantren Al-Hanifiyyah, di Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur memantik perhatian
Kasus bullying atau perundungan bisa terjadi di mana saja dan pada kalangan mana pun. Termasuk di pesantren, rawan terjadi perundungan. Pencegahan perundungan di kawasan pesantren
Aktivis Perempuan Nahdlatul Ulama (NU) Iim Fahima Jachja memberikan 8 tips parenting atau pola asuh untuk mencegah anak agar tidak menjadi pelaku bullying
Media sosial X alias Twitter tengah ramai dengan cerita kasus bullying atau perundungan siswa SMA di kawasan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten